Khusus kasus Coca Cola vs Pepsi Cola ini yang telah berhasil menjadi global brand yang sukses karena berhasil menghasilkan sustainable core competencies sebagai 'the strong brands', sebelumnya sudah juga dilakukan penelitian dan telah dipublikasikan dengan judul artikel "Neural Correlates of Behavioral Preference for Culturally Familiar Drinks" (McClure et al 2004).Â
Pada penelitian ini menguatkan perlunya membangun merek melalui strategi dan kreativitas iklan berkelanjutan sehingga memunculkan sinyal (file memori) di bagian hippocampus dan dlPFC (dorsal lateral prefrontal cortex), tidak cukup sinyal-sinyal dopamin yang dikirim ke vmPFC (ventro medial prefrontal cortex)Â dalam pengambilan keputusan.Â
Sesuai yang pernah diingatkan oleh Jonah Lehrer dalam bukunya "How We Decide" (2010); hati-hati dengan prediksi error neuron-neuron dopamin. Kajian-kajian ilmiah lainnya juga mendukung, bahwa pada akhirnya semua keputusan selalu melibatkan otak limbik emosional, tidak hanya otak PFC yang menjalankan fungsi-fungsi eksekutif dimaksud. (BIS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H