Jadi tidak bisa dipisahkan antara proses berpikir dan kapasitas mental secara menyeluruh. Meningkatkan level of thinking seseorang pada prinsipnya adalah memperbesar kapasitas mentalnya. Neurosains bisa menjembataninya secara saintifik.
Di dalam keilmuan otak atau brain science, selain ada HPA Axis ada dikenal juga BGM Axis atau kepanjangannya; Brain, Gut Brain dan Microbiome. Artinya dalam menghadapi perubahan kita harus senantiasa siap, open mind, memiliki growth mindset, fleksibel dan agile, serta memiliki ketangguhan mental yang kuat.
Tidak ada yang bisa menjamin bila kita telah berhasil melewati masa pandemi ini, lalu di masa-masa yang akan datang tak ada bencana lagi yang lebih besar dari COVID-19 ini. Walau memang tidak kita harapkan, namun kemungkinan selalu ada. Ingat, perubahan semakin cepat dan terus terjadi. Diperlukan keberanian (gut brain) untuk mengarunginya.
Agar memiliki mental toughness atau ketangguhan mental yang kuat, sering diistilahkan sebagai mental baja yang terus digembleng, selain harus meningkatkan daya resliensi juga harus memiliki positivity dalam cara berpikir kita. Baik ke dalam maupun keluar diri. Ke dalam diri agar memiliki kekuatan batin (inner strengths), dan keluar diri supaya mempunyai orientasi keluar. Dalam artian justru tidak hanya mementingkan diri sendiri. Upaya mengasah positivity atau engagement ke dalam diri agar memiliki kepercayaan diri yang kuat.
Percaya diri oleh kemampuan diri kita sendiri, dan percaya diri dalam berkomunikasi inter-personal. Catatannya; confidence level memang diperlukan, namun jangan juga terlalu over confidence, terutama dalam berinteraksi dengan orang lain atau kelompok masyarakat. Seperti yang diajarkan agama; sesuatu yang berlebih adalah tidak baik.
Akhirnya sampai pada pembahasan upaya terakhir, yaitu; positivity keluar diri dalam bentuk selalu berani 'menerima tantangan'. Berani mengambil resiko terburuk. Paling tidak semua rintangan dilihat sebagai peluang yang menantang, berorientasi selalu suka mempelajari hal-hal yang baru.
Ingat neurons that fire together, wire together. If we don't use it, we will lose it. Jadi memang belajar itu tiada henti, sepanjang usia, dan merupakan bagian upaya memelihara kesehatan inteligensia manusia. Menghindari kepikunan dini, dan agar tidak terkena penyakit parkinson, alzheimer, serta penyakit-penyakit demensia lainnya. Access neuroplasticity, change your brain and change your life to make continuous improvement. Akhirnya; always to make better world. Aamiin. (BIS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H