Jakarta, 14 April 2020. Neuromarketing mengambil alih dunia di tengah-tengah badai perubahan lingkungan bisnis (VUCA) yang dahsyat  dan telah diaplikasikan oleh beberapa perusahaan besar dan perguruan tinggi dalam beberapa cara dan bentuk.
Perubahan yang benar-benar terjadi dan semakin cepat, terdisrupsi, bergejolak, penuh ketidakpastian, cukup rumit, membingungkan, serta diwarnai keberagaman yang semakin bervariasi.
Baru saja selesai melewati tahun politik 2018 dan 2019, untuk pemilihan presiden dan wakil presiden kita, tahun 2020 ini kita memasuki turbelensi berikutnya: pandemi wabah penyakit penularan virus yang mematikan telah menjadikannya bencana alam nasional dan global.
Para marketer sejati semakin botak memikirkan jungkar balik kreativitas otak untuk tetap dapat berjualan dan memasarkan produk barang dan jasanya. Karena tidak ada di dalam kamus pemasaran kata-kata mentok, ataupun keputus-asa-an.
Neuromarketing atau pemasaran yang diperkuat oleh ilmu neurosains menjadi suatu tambahan peluru yang sangat berarti. Mari kita bahas satu per satu.
Merupakan paradigma lama bahwa iklan yang menyertakan orang jauh lebih efektif daripada iklan yang tidak menyertakannya. Memang secara khusus, gambar dan video yang menyertakan bayi cenderung menarik perhatian lebih lama dan lebih terfokus dari calon pelanggan.
Pengiklan telah lama mencoba untuk meningkatkan penjualan produk-produk bayi menggunakan close up baby face yang imut - dengan bantuan teknologi pelacakan mata (eye-gaze tracking) mereka telah mengidentifikasi bahwa ini saja tidak cukup.
Kemudian, kita semua pernah merasakan dan tahu membedakan mana kemasan yang mencolok atau  yang menarik. Pengiklan selalu tahu bahwa tidak selalu sesuai dengan nilai yang ada di dalam jumlah produk atau jasa itu.
Tetapi neuroimaging telah berhasil membawanya ke tingkat yang baru. Merek seperti Campbell dan Frito-Lay telah mengaplikasikan neuroimaging untuk menata kembali strategi kemasan mereka.
Dalam penelitian, pelanggan diperlihatkan kemasan dan tanggapan mereka dicatat sebagai sesuatu hal yang positif, negatif atau netral. Selain itu, mereka diwawancarai secara ekstensif dalam kaitannya dengan warna, teks, dan citra.
Warna juga merupakan kata kunci. Ketika memilih warna, ingatlah bahwa kita mungkin memengaruhi bagaimana perasaan pelanggan potensial! Warna dapat membangkitkan berbagai emosi, dengan penelitian secara konsisten menunjukkan kedua hubungan antara warna-warni dan emosi tertentu.