Penulis pernah sempat dimintakan menjadi nara sumber untuk memaparkan dan mengedukasi pengetahuan sekitar 'croc brain' ini. Tapi alhamdulillah berhasil kami tolak.
Di komunitas kami (red; Neuronesia) pastinya seperti pada komunitas dan group-group lainnya; ada saja yang memihak no 1 maupun no 2. Kita lebih mempertimbangkan hal tersebut; inklusif dan tetap menjaga persatuan dan kesatuan.
Aktivitas-aktivitas kampanye yang dilakukan, serta pembangunan dan pembentukan opini dengan cara mudah serta singkat memang pastinya menyasar pendekatan 'croc brain' ini. Down stream atau arus bawah memunculkan informasi-informasi yang tidak perlu 'knowledgable'. Justru hal-hal basic namun penting.
Biasanya menyentuh hal-hal prinsip. Misalkan; hal-hal yang terkait dengan suatu dirskriminasi kelompok, rasisme, suku, ras, kepercayaan, nilai-nilai budaya yang luhur yang diyakinin kebenaran sampai dengan agama yang dianut. Perbedaan-perbedaan tersebut diangkat dan dimunculkan.
Bahkan juga menyentuh permasalah fisik subjek. Kalau istilah penonton; debatnya sudah tidak seru, tidak elit, kampungan, tak ada hal-hal esensi mendasar lagi yang diulas. Kebanyakan dibahas perihal yang tidak perlu. Begitulah seperti itu yang muncul ke permukaan.
Para politikus tak sadar merendahkan dirinya. Bahkan dampaknya secara tak langsung hanya membodohkan masyarakat umum. Serta memperlambat proses pembangunan kemajuan bangsa ini, baik secara fisik maupun kualitas manusia-manusianya.
Kebiasaan buruk ingin segera, mau cepat, jalan pintas atau short cut. Bunyinya seperti iklan yang menawarkan 'downloading books into your brain'. Semua maunya serba instan! Tanpa memikirkan lagi jangka panjangnya bagi bangsa ini. Itulah yang disebut jalan pikiran yang pendek. Hanya memikirkan egoisme jangka pendek untuk kepentingan-kepentingan kelompok tertentu atau partainya saja.
Siapa yang sangka, baru saja badai tahun politik kita lewati bersama, tahun ini kembali dihantam oleh pandemi penyebaran virus yang mematikan.
Situasi dan kondisinya lebih mencekam. Nampak sekali kita semua kurang siap. Walaupun contoh kejadian di negara-negara lain yang telah mendahului sudah diberikan melalui berita-berita dunia sebelumnya. Gelombang arus wabah ini terlalu cepat datang mampir ke negeri kita. Begitulah kira-kira ke depannya, perubahan terus terjadi.
Seluruh manusia dan bangsa di permukaan bumi dituntut memiliki sikap mental yang harus selalu agile terhadap perubahan dunia yang terus menerus berlangsung cepat.
Istilah kekiniannya dikenal dengan 'VUCA World' (volatility, uncertainty, complex, ambiguity). Satu catatan penting di sini adalah bencana ini juga dijadikan komiditi oleh sebagian oknum, atau bahkan dipolitisir. Sementara sisa-sisa sampah emosional tahun lalu masih nyangkut di kepala sebagian orang-orang yang masih saja kecewa tadi.