Oleh: Bambang Iman Santoso, Neuronesia Community
Jakarta, 23 Februari 2020. Semakin maju peradaban manusia suatu bangsa semakin rasional masyarakatnya. Seringkali kita mengkritik perilaku masyarakat kita sendiri. Terbesit di benak pikiran apakah otak manusia kita memang berbeda dengan bangsa lain.
Kenapa pertanyaan ini jadi penting. Karena ternyata semua cara berpikir, berperasaan, proses pengambilan keputusan, bersikap, bertindak, berbuat, berkebiasaan dan berbudaya semua produksinya terjadi di dalam otak. Bila otak kita sehat insha Allah hasil perbuatan dan perilakunya juga benar.
Semua manusia dilahirkan ke dunia dibekali dengan modal jumlah neurons sel-sel otak yang rata-rata relatif sama. Sekitar 130 milyar neurons. Setelah lahir, bagian dari proses efisiensi diri, jumlah neurons bayi akan pruning atau merontokan diri menjadi antara 86 s/d 100 milyar neurons sepanjang usianya.
Selanjutnya hampir setiap saat ada yang mati dan tumbuh (neurogenesis). Perilaku manusia dari awal kehidupan mencontoh orang tuanya. Sentuhan ibu dan ayahnya menjadi penting. Dia meniru semua gerakan, dari hal kecil mimik muka sampai semua gerakan anggota tubuhnya.
Sifat pembawa perilaku dan karakter kepribadian manusia memang sebagaian diwariskan dari genetika bawaan orang tuanya. Namun setelah lahir ke dunia sangat dominan dipengaruhi oleh lingkungannya. Otak kita plastis, dapat berubah-ubah sepanjang masa.
Lingkungan tidak hanya orang-orang sekitarnya, tapi juga alam yang diisi macam-macam mahluk lainnya; flaura dan fauna. Nutrisi makan dan minumannya juga memengaruhi. Cuacanya juga. Geografi pun mempengaruhi.
Manusia tinggal di gunung dan di pantai akan signifikan berbeda. Di daerah pegunungan dengan ketinggian ribuan meter di atas permukaan laut kader oksigennya lebih tipis dibanding di daerah-daerah pantai dataran rendah.
Di pantai mereka banyak makan ikan, dan seterusnya. Begitu pula teman-teman kita yang di daerah sub tropis dengan 4 musim pun akan memengaruhi bagaimana manusia berpikir, berperasaan, berperilaku, berbudaya dan seterusnya.
Di daerah suatu negara yang jumlah penduduknya banyak seperti China, India, dan Indonesia juga akan menjadi faktor berperilaku dan berbudaya yang berbeda dibanding negara-negara yang jumlah penduduknya relatif lebih sedikit. Kepadatan penduduk di kota dan di daerah pedesaan pun berbeda.
Gaya hidup perkotaan - kota besar dan kota kecil sudah berbeda kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan. Masyarakat Indonesia yang dikenal ramah tamah, santun, suka menolong orang, suka bergotong-royong dengan budaya toleransi yang tinggi antar suku, adat istiadat, bahasa, agama, kepercayaan, keyakinan dan seterusnya juga karena dipengaruhi padatnya interaksi jumlah penduduk yang banyak.