Sebagai catatan tambahan; perlu diketahui bahwa gejala PTSD adalah sangat normal, terutama untuk jangka pendek. Penentuannya ada di bulan pertama. Contoh kasus seperti kejadian WTC 9/11 di AS. Setelah sebulan diketahui 7,5% dari penduduk di sana dinyatakan terjangkit PTSD. Namun 6 bulan kemudian drop hingga tinggal 0,6%.
Sejarah PTSD
Rachael Yehuda, seorang psikolog meneliti PTSD pada korban yang selamat dari pembunuhan massal "Holocaust" - genosida yang dilakukan oleh Nazi Jerman pada musim panas tahun 1944, terhadap 6 juta penganut Yahudi Eropa selama perang dunia II. Dari 9 juta Yahudi yang tinggal di Eropa, hanya sepertiga yang selamat.
Pada tahun 1761 Leopold, dikenal dengan istilah "nostalgia tentara". Sedangkan pada perang dunia I awalnya dikenal juga dengan sebutan "soldier's heart", karena diduga sebelumnya terkait dengan keadaan kondisi jantung. Akhir abad ke 19, Inggris mengalami railway accidents. Dalam perang dunia I dikenal dengan nama "shell shock" - sakit pikiran kejiwaan karena perang atau "war neurosis". Sedangkan perang dunia II ada "battle fatigue" dengan treatment yang disebut PIE (Proximity Immediacy and Exposure).
Kemudian lebih luas lagi dikenal secara umum dengan kategorisasi gangguan mental yang akrab terdengar dengan istilah DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders). DSM 1 tahun 1952, terkait dengan sindrom perang grilya Vietnam. 9% dari 20% tentara AS yang ditugaskan perang Vietnam mengalami gangguan pasca trauma.
Tahun 1980 - DSM 3, bahasan konsep PTSD menjadi lebih luas. Perang di Brussels, Irak, dan Afghanistan. Tercatat jutaan pengungsi Syria, Turki. Sepertiga dari jumlah mereka terdiagnosa mengalami PTSD.
Selanjutnya, yang paling akhir lebih mengekspos PTSD dengan kriteria DSM 5. Trauma yang nyata, hingga mengakibatkan kematian (serious injury dan sexual violence). Mengalami secara langsung, menyaksikan, terjadi dengan orang lain, mempelajari atau membayangkan bila itu terjadi dengan anggota keluarga sendiri, atau mengalaminya secara ekstrim. Definisi-definisinya meluas (dibanding DSM 3), seperti pengalaman dari seorang yang threatened death atau serious injury tadi.
Perkembangan PTSD ini juga sangat prihatin terutama pada anak muda yang mengalami memori intrusif, flashback, nightmare, reacting to cues, avoidance, numbing, hyper-vigilance, hyper arousal, irritability insomnia. Jalan pintasnya (untuk melupakan trauma) pun sangat menyedihkan, yaitu lari ke alkohol, heroin dan narkoba lainnya. Dorongannya hanya karena merasakan terus menerus anxiety, tidak dapat berkonsentrasi, merasa ingin terjun bebas, mudah terkejut atau kagetan, tidak dapat tidur, menyakiti diri sendiri, dan hingga ingin bunuh diri.
Lebih detil bahasannya, dan sangat direkomendasikan membaca buku yang ditulis oleh Judy Herman dengan judul "Trauma and Recovery." Dampak buruk PTSD seperti telah dijelaskan sebelumnya, kepada chronical illness yang menimbulkan penyakit jantung (detak jantung lebih cepat dan tekanan darah tinggi), diabetes, obesity, hypertension, dll. Dr. Frawley dan Paul Erickson, MD banyak membicarakan dampak penyakit kronis ini yang disebabkan trauma.
Neurobiologi untuk PTSD
"Develop PTSD" berdampak kepada kesehatan pasien secara menyeluruh. Walau sumber utama bahasannya ada di lingkup interkoneksi antar neuron (neurosains), khususnya di nervous system. Tapi ANS (autonomic nervous sysyem) ini juga berhubungan dengan sub sistem lainnya, seperti: cardiac system, circulatory system, respiratory system, digestive system, endocrine system - hormones, excretory system, immune system, reproductive system, skeletal system, muscular system, dan integumentary system - skin.