Tidak seperti biasanya Fadil mengalami sulit tidur, berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Padahal, paling malam sekitar pukul 21.00 WIB, dia sudah lelap dalam keterjagaan.
Angan melayang tak karuan, pikir terbang tanpa arah, hasrat meronta seakan menuntut dia untuk beranjak dari tempat perebahan sejenak, namun keadaan seperti itu tidak membuat dia melupakan akan sebuah kebiasaan  -mengisi ketidakjelasan dengan sesuatu yang lebih berisi-.
Dia keluar kamar menuju ruang tamu dengan harapan, lekas sirna kegundahan yang dialami. Sesampainya di ruang tamu dia menyalakan sebatang rokok dengan ditemani segelas teh hangat yang dibuat dengan tangannya sendiri. Dengan cita di hati, menjadi peneman kegundahan yang dialami.
"Fadil!". Seru ibunya,yang hendak menuju toilet.
Dia terperanjat.
Seketika dia membalas sahutan Ibunya, "Iya Bu, ada apa?".
"Ibu kira siapa Nak!" ucap ibunya.
"Kenapa kamu belum tidur, ini kan sudah malam Nak?", tanya ibunya.
"Tidak tau Bu, Fadil juga heran kenapa malam ini sangat sulit mata dipejamkan?" jawabnya.
"Sebentar ya Nak, Ibu ke toilet dulu", sambil melangkahkan kaki menuju toilet dengan langkah yang gontai.
"Iya Bu, silakan", ujar dia dengan nada parau dan sedikit serak.