Mohon tunggu...
Bambang Hermawan
Bambang Hermawan Mohon Tunggu... Buruh - abahnalintang

Memungsikan alat pikir lebih baik daripada menumpulkan cara berpikir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lenyapnya Sawit Pedesaan

11 Desember 2020   14:45 Diperbarui: 11 Desember 2020   14:54 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sssssssssst. . . . .sssssst. . . sssst, suara riuh angin terdengar menggelora

saat mendobrak batang pepadian yang mulai menghijau pertanda senyuman para petani lahir kembali setelah kian lama terpuruk dalam kekerontangan. Jiusssss. . . .jiusss. . .jiuss, suara deras air dari arah barat terbawa gelombang pembuangan sampah pabrik. Wik. . . wik. . .wik. . .wik-wik-wik-wik-wik-wikwik. . .wik, suara nyanyian burung mengalun diatas nirwana biru, ayat pekat menjemput siang berganti malam.

Terperanjatlah Ilham yang masih berada di tengah persawahan. Di atas pelapah sawit tua dia berbaring dengan kaki terangkat sebelah. Wah, nampaknya senja telah tiba hampir saja aku terlupa akan sebuah kebiasaan yang tak boleh ditinggalkan sedikt pun sebab kalau kutinggalkan kebiasaan ini berarti aku memebunuh kepekaan rasa yang selama ini aku jaga dengan penuh suasana halus biar tidak lenyap terbunuh sepi.

Bagi Ilham, kepekaan rasa adalah sesuatu yang sangat tinggi. Untuk menanamkan kepekaan rasa, Ilham mesti meninggalkan kemewahan hidup yang biasa menjadi kawannya baik dalam keadaan suka maupun duka. Bahkan untuk mendapatkan kepekaan rasa, Ilham mesti singgah di suatu tempat yang penuh kekerasan kebrutalan, dan keganasan. Dimana penghuni tempat itu, selalu berpikiran siapa yang sanggup bertahan, dialah yang hidup. Ilham sengaja singgah di tempat yang boleh dikatakan nista, namun didalamnya masih terdapat butir -- butir mutiara berkilaua pesona salju keputihan. Sempat juga Ilham terjerumus kedalam dunia kekerasan, kebrutalan, dan keganasan. Namun keterjerumusannya itu, tidak sampai memakan waktu yang lama sebab seorang gadis yang anggun sarat kebeningan hati tiba di tengah keinginan mendapatkan kepekaan rasa dan tuntutan untuk melakuakan yang tak biasa dilakaukan. Gadis itu selalu menggoda, menggoda, dan menggoda di alam imajinasi Ilham. Selalu merayu-rayu, dan merayu di suasana ketidaktenangan suasana batin. Selalu mengedipkan mata, mengedipkan, dan mengedipkan kala mata Ilham hendak terpejam.

Padahal perjumpaan Ilham dan dia, tidaklah selaksa waktu berganti, tahun berubah. Hanya dalam hitungan separuh kedipan, rasa kagum akan gadis itu tumbuh dan menggerogoti sukma yang ada di kalbu. Bingung, memang bingung?! Itulah yang Ilham rasakan hingga waktu sekarang. Hanya karna sebuah senyuman menawan, ketika jumpa di terminal tenpat Ilham mencari sesuap nasi, rasa itu selalu menggoda dan menggelitik hati, seorang yang penuh rasa kekalutan karena sebuah pencarian makna. Khuh!

Di tengah seribu tanya ini, Ilham pun harus merebahkan kujur sejenak di sebuah penyimpanan mobil angkot yang mempertemukan dia dengan gadis itu. Dan akhirnya Ilham pun, pulas tertidur dalam suasana tarian bintang gemintang yang menalu -- nalu di atas udara.

Terpekurlah Ilham malam itu, bersama suasana tarian.

Dag. . .Dig. . .dug. . .

Detak jantung Ilham berdetak. Tak tersangka -- sangka, tak terduga -- duga, eh. . .eh. . .eh, gadis yang ada di pikiran Ilham itu, hadir di sebelah warung sayuran yang ada di depan warung kopi tempat Ilham menunggu giliran menaikkan penumpang. Kali ini, Ilham memutuskan untuk tidak membiarkan gadis itu hanya memberikan senyuman saja tapi harus ditambah dengan sebuah perkenalan. Dengan megnet yang tumbuh ini. Iham pun menghampiri gadis anggun itu.

Ehm, Ilham berdehem.

Gadis itu masih saja tidak mengindahkan, suara deheman yang keluar dari mulut Ilham.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun