Mohon tunggu...
Bambang Laskito
Bambang Laskito Mohon Tunggu... Administrasi - Profil Pribadi

Bekerja sebagai SEO Specialist & Digital Marketing, Hobi otomotif, olahraga, teknologi, dan humor serta games.

Selanjutnya

Tutup

Money

Antisipasi Peningkatan Suku Bunga Kredit dengan Aplikasi

15 Juli 2019   14:13 Diperbarui: 15 Juli 2019   14:16 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : Bambang Laskito

DUKUNGAN TEKNOLOGI BERBASIS APLIKASI, UNTUK MENGANTISIPASI PENINGKATAN SUKU BUNGA KREDIT 

Terjadinya korelasi positif antara pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan permintaan kredit. Pada akhirnya menjadi salah satu cara terbaik bagi semua pemain dalam dalam industri keuangan agar bisa bersaing antara institusi pembiayaan perbankan dan  non perbankan. 

Seperti yang saat ini terjadi dalam industri pembiayaan nasional. Jika saat ini untuk kredit multiguna saja seperti Kredit Sebaguna Mikro ( Bank Mandiri :19,25% / tahun, Kredit Ruko BTN ( Bank BTN  : 12,75%/tahun),  Kredit Cinta Rakyat  Jawa Barat (  Bank BJB : 12,5%/ tahun). Sedangkan untuk Kredit Angsuran Berjangka Mini  ( KABM : 34% / tahun) dan untuk kredit dari non Bank  BFI Finance ( 20,4%/ tahun ) dan SIFINO ( Sinarmas Multifinance : 19,5%/tahun).

Padahal kondisi ekonomi makro kita, sekalipun belum berada pada  tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Namun setidaknya dengan tingkat pertumbuhan yang ada di kawasan Asia seperti yang disampaikan oleh Asian Development Bank (ADB) dari hasil analis  Asian Development Outlook 2019 justru kondisinya dibawah  Indonesia.

Jika saat ini hingga memasuki semester ke- I tahun 2019 angka pertumbuhan ekonomi kita berada di angka 5,07persen. Sedangkan untuk kawasan Asia proyeksi ADB produk domestic bruto ( PDB ) di 10 negara di Asia Tenggara berada diangka 4,9% di tahun 2019. Namun sedikit naik prediksinya hingga memasuki tahun 2020 dengan kisaran angka 5,0%.

Ini membuktikan bahwa sejatinya perekonomian Indonesia hingga memasuki semester ke-1 tahun 2019 sudah cukup bagus jika dibandingkan untuk kawasan Asia  Tenggara dan Asia sebagai dampak dari perlemahan kondisi ekonomi raksasa Asia. Hanya memang, baiknya kondisi ekonomi makro yang ada di Indonesi hingga semester ke-I tahun 2019.Kurang bisa di maksimalkan dengan memainkan instrument yang mampu mentriger peningkatan angka pertumbuhan ekonomi yang lebih baik hingga dia atas 5,07%. Padahal salah satu sektor yang bisa menjadi trigger untuk peningkatan  itu adalah sektor pembiayaan baik perbankan ataupun non perbankan.

Melihat dari apa yang tersaji pada satu pembiayaan yaitu kredit. Memang kita bisa melihat bahwa tingginya tingkat suku bunga masih menjadi salah satu kendala  yang bisa memperlambat tingkat pertumbuhan ekonomi secara nasional. Karena aktivitas menjadi terhambat sebagai dampak dari kuranya pasokan sumber pendanaan yang bisa di serap pelaku industri.

Kondisi itu seperti terlihat dari deskripsi yang membentuk tingkat pertumbuhan ekonomi di angka 5,07%. Dimana prosentasenya adalah : dimana 2,75 persennya berasal dari konsumsi rumah tangga dan 1,65 persen dari investasi. Sementara sisanya 0,67 persen berasal dari sumber pertumbuhan lainnya. Artinya apa, kita masih melihat bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang di topang dari sumber pertumbuhan lain hanya sekitar 0,13% dari total pertumbuhan ekonomi secara global.

Itulah sebabnya, dengan tingkat suku bunga non perbankan bisa di turunkan maka bisa jadi peningkatan angka pertumbuhan ekonomi secara nasional bisa di tingkatkan.  JIka mungkin bahkan bisa menyamai tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi yang berasal dari konsumsi rumah tangga.

KEBIJAKAN PEMERINTAH UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI

Peran pemerintah dalam menata pertumbuhan ekonomi memang pada akhirnya menjadi salah satu strategi dalam menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. Hanya memang perlu adanya kehati-hatian dari pihak pemerintah jika  ingin mengambil satu kebijakan fiscal agar mampu menjadi trigger untuk peningkatan tingkat ekonomi secara nasional.

Ambil contoh kebijakan fiscal yang bisa dimainkan perannnya oleh pemerintah.  Ada kebijakan bidang perpajakan, kebijakan pengeluaran, kebijakan investasi dan disinvestasi serta pengelolaan utang dan surplus.  Ada baiknya untuk membantu meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi secara nasional agar masyarakat dan pelaku bisnis  bisa ikut dalam  kondisi   tersebut adalah dengan memainkan instrument yang pertama yaitu kebijakan fiscal dibidang  perpajakan. Hanya memang perlu strategi jitu dalam pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan sektor perpajakan.

Karena kebijakan bidang perpajakan bisa membawa 2 dampak sekaligus. Jika pajak dinaikan maka konsekuensinya adalah  terjadi penurunan tingkat daya beli  masyarakat dan hasil akhirnya adalah terjadi penurunan investasi dan produksi. Namun disisi lain jika pajak di turunkan ( lebih rendah ) maka di kuatirkan membuat masyarakat akan lebih konsumtif dan dampak negatifnya justru akan menjadikan inflasi yang tidak terkendali.

Oleh karena itu, mungkin saat ini adalah saat yang tepat untuk perusahaan yang bergerak dibisnis keuangan baik yang perbankan dan non perbankan untuk bisa mengoptimalkan sistem dan integrasi aplikasi teknologi untuk meningkatkan kinerja di bidang bisnis pembiayaan.

Konsep aplikasi teknologi yang membuat kinerja perusahaan menjadi lebih baik, pada akhirnya memang bisa menjadi salah satu alternative solusi yang bisa di lakukan sebelum pada akhirnya pelaku bisnis mengharapkan adanya kebijakan fiscal dari pemerintah.   Salah satu aplikasi teknologi yang mungkin bisa di maksimalkan adalah apa yang biasa di sebut dengan istilah aplikasi teknologi CRM (Customer Relation Management).

Karena saat ini dengan berkembangnya aplikasi teknologi, sebenarnya banyak manfaat yang bisa di berikan  untuk pelaku bisnis agar kinerja bisnis yang mereka jalankan bisa lebih optimal. Dan terkait dengan peran CRM dalam meningkatkan bisnis di sektor Finance dan Bank adalah seperti : 

  1. Membantu untuk mengoptimalkan potensi nasabah yang dimiliki perusahaan tersebut. 
  2. Bisa sebagai sarana untuk meningkatkan profitabilitas dan kinerja dari perusahaan yang bersangkutan. 
  3. Mampu memberikan service yang maksimal sehingga bisa memberikan kepuasan kepada nasabah dari perusahaan yang bersangkutan. 
  4. Keberadaan data dan informasi bisa lebih terpusat sehingga memudahkan proses kerja dari perusahaan tersebut dan yang  
  5. Peningkatan share-of-walet.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun