Mohon tunggu...
Beng beng Sugiono
Beng beng Sugiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

La Historia, Me Absolvera. Menulis/Traveling/NaikGunung/Membaca

Selanjutnya

Tutup

Roman

Tabir

3 September 2024   19:29 Diperbarui: 3 September 2024   19:33 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku di lahir kan di tengah situasi politik yang mencekam dan akan memasuki peralihan kekuasaan pada tahun 1998, tepatnya di bulan agustus tanggal 05 tahun 1998 di Indramayu, tepatnya dua bulan setelah kekuasaan orde baru runtuh di tangan rakyat. Dan aku di lahir kan dengan nama Muhammad Putra namun orang-orang biasa memanggilku dengan sebutan Putra, dan memang rasanya lebih enak dengan panggilan demikian ketimbang panggilan Muhammad, terasa berat bagiku karena sungguh mulianya nama tersebut untuk di sematkan padaku yang penuh dosa ini.

Setelah aku tumbuh besar dan menyelesaikan Pendidikan formal ku kemudian aku bekerja di salah satu perusahaan konsultan politik, yang pada awalnya aku pikir mudah dan gampang, dan kebetulan akku bekerja dengan Pak John, Pak john adalah seorang aktivis yang kebetulan saja satu kantor, tidak banyak tau dengan latar belakang pak john yang misterius ini, di dalam perusahaan tersebut pak john sebagai leader atau manajernya lah, beliau orangnya kalem dan mudah bergaul namun tegas, namun kalau di lihat dari segi penampilannya cenderung urakan, jarang sekali aku lihat baju pak john rapi dengan bekas setrikaan atau lipatan yang rapih pada bajunya, celana pun kadang robek dengan rambut gondrong hampir sepinggang, kesan pertama yang aku rasakan ketika bekerja di kantor ialah menganggap pak john sebagai centeng atau satpam kantor saja. Namun bukan soal pekerjaan yang aku mau bahas, namun soal perjalanan ku dengan pak john selama kurang lebih Sembilan tahun bekerja bareng dengan pak john.

Pak john orang tenang namun tegas dan konstruktif, kalau soal pekerjaan sangat detail dan disiplinnya tinggi, namun di luar itu beliau orang asik dan mudah bergaul, beliau sangat menghargai aku sebagai bawahannya, ,meskipun beliau tidak pernah menganggap aku dan temen-temen di kantor adalah bawahannya, beliau lebih suka menganggap aku dan temen-temen sebagai adik atau keluarganya, itu tercermin ketika setiap pagi aku masuk kerja dan yang pertama kali keluar dari mulut pak john ialah "Gimana keadaanmu put, bapak ibu di rumah sehat kah", hampir setiap kali bertemu beliau mengucapkan itu, tentunya setelah mengucapkan salam terlebih dahulu, beliau sangat ramah dan penuh perhatian kepada orang-orang yang bekerja di kantor itu, bahkan ke ibu-ibu pedagang yang biasa menjajakan dagangannya di depan kantor selalu seperti itu, "Ibu apa kabar, gimana sehat kah". Dalam hatiku, ini orang kelewat ramah, namun ini yang membekas dan tertanam di dalam hatiku yaitu sopan santun serta adab kepada siapapun.

Baca juga: Absurd

Meskipun demikian aku sering melihat pak john melamun di tengah ruangannya, entah apa yang beliau pikirkan, apakah soal-soal pekerjaan, atau kondisi politik yang semakin awut-awutan, sebab beliau sering cerita dan punya keresahan tersendiri pada situasi negara saat ini, walaupun kadang aku hanya mengangguk seakan memahami yang beliau ceritakan, padahal aku sendiri banyak yang tidak paham tentang Bahasa-bahasa beliau.

Pak john pun selalu pulang belakangan dan terkadang tidur di kantor, bahkan menurut penjaga kantor, pak john sering tidur di kantor dan menghabiskan waktu di depan laptopnya, memang beliau sangat suka menulis, bahkan beberapa tulisannya sering aku baca, tulisannya lugas, jujur dan penuh keberanian dalam menyampaikan kritik terhadap pemerintah saat ini, dan aku rasa beliau memang orang yang serius kalau soal-soal bangsa, di dalam pekerjaan pun seperti itu, serius, tegas dan selalu berhati-hati dalam membuat strategi politik, aku yang hanya sebagai bagian input database kadang di buat kerepotan kalau urusan soal data yang harus di siapkan, beliau orangnya teliti sekali, namun pada dasarnya beliau sangat santai orangnya, itu terbukti ketika akhir tahun kita di tawarin naik gunung bareng, aku tidak menyangka orang seserius itu menyukai alam bebas, ternyata benar saja, selain dulunya aktivis, beliau juga pendaki gunung, dan sudah barang tentu ketika beliau mengajak aku dan temen-temen naik gunung prau wonosobo tidak perlu berpikir lama dan langsung aku iyakan saja.

Dan berangkatlah kita ke wonosobo untuk mendaki gunung prau, dan aku sangat menikmati perjalanan bersama pak john beserta ketiga temannya dan kita berangkat berlima, karena temen-temen kantor tidak pada ikut, artinya Cuma aku saja yang ikutan. Dan ternyata pak john orangnya kocak, beliau sering ngelawak dengan celetukannya yang spontanitas mengomentari apapun menjadi bahan candaan, aku yang paling kecil serta junior hanya bisa menikmati keadaan yang ceria tanpa berani seperti temen-temennya yang bisa menimpali candaan pak john.

Setelah kurang lebih 5 jam perjalanan akhirnya kami semua sampai di temanggung, kota sangat indah dan bersih serta sejuk, kami berlima turun untuk makan dan shalat ashar, sewaktu makan pak john ngobrol ringan sembari menceritakan kenangannya tentang temanggung, dan kemudian nyeletuk " kamu harus bisa mencintai bangsa ini melebihi rasa yang kamu miliki put, bangsa ini besar dan kamu kelak akan mewarisi bangsa ini" dan kemudian saya hanya mampu menjawab "iya pak". Dalam hati, berat bener dah kalau sampai seperti itu, aku hanya ingin menjadi bagian kecil dari bangsa yang besar saja, namun kata-kata ini tentu tidak berani terucap, khawatir menjadi persoalan dan menjadi bahan perdebatan. Aku kadang heran, apakah pak john itu orangnya memang serius dan tidak romantis kali ya, karena sepanjang perjalanan meskipun disisipi oleh candaan dan guyonan yang nyleneh tetap saja berujung pada pembahasan politik dan hukum di Indonesia.

Baca juga: Perang dan Cinta

Setelah selesai makan kita semua melanjutkan perjalanan ke gunung prau yang hanya tinggal beberapa jam lagi, sepanjang jalan aku dimanjakan oleh pemandangan yang asri serta udara yang sangat sejuk, pak john sengaja mematikan AC mobil dan membuka jendelanya agar udara segar itu masuk ke dalam. Bener kata pak john kalau bangsa ini besar dan terkandung sumber daya alam yang melimpah ruah dan tidak banyak di miliki oleh bangsa-bangsa lain seperti portugis, belanda serta bangsa eropa lainnya, itu sebabnya bangsa kita dulu di jajah.

Baca juga: Borneo 2017

Tepat sebelum maghrib kami semua tiba di basecamp pendakian Gunung Prau yaitu Patak Banteng, kami memesan kopi sambal packing dan menyiapkan perlengkapan serta logistic yang akan di bawa ke atas, tentu karena aku yang paling junior lah yang kebagian menyiapkan para perlengkapan, ketika sedang mengecek perlengkapan pak john menghampiri dan kemudian bertanya " Put, sudah kamu check belum peralatan serta logistiknya?" dan spontan aku jawab "Sudah pak", dan pak john menimpali "Jaraknya pendek koq, paling cepet 2 jam sampai puncak, Cuma kalau santai lebih dari itu, nanti kita santai aja" dan aku pun mengiyakan.

Selepas shalat isya kami semua bergegas naik, aku yang baru pertama kali naik gunung tentu butuh waktu untuk menyesuaikan suhu gunung prau yang mencapai 12 derajat celcius, untuk ukuran pemuda pesisir tentu ini sangat menyiksa, dinginnya hawa pegunungan sampai menyentuh ke tulang-tulang, sepanjang perjalanan saya hanya mengikuti langkah temen pak john yang di depan dan persis di belakang saya ialah pak john, perlahan kami naik dan sesekali berhenti untuk mengambil nafas, track gunung ini seakan tak ada bonus jalan landainya, dari start sudah menanjak terus, dan pak john sering banget mengingatkan aku untuk berjalan perlahan saja sambal atur nafas, dan kalau capek berhenti jangan dipaksakan, karena tujuan kita naik gunung adalah untuk kembali ke rumah dengan selamat, begitu ucapan pak john sembari terus memberi semangat dan nasehat, aku rasa beliau tipikal ngemong orangnya karena beliau selalu persis di belakangku terus.

Setelah berjalan kurang lebih satu jam, kita semua briefing sambil menyeduh kopi agar tubuh kita terus hangat, dan tanpa terasa semakin kita banyak berhenti ternyata semakin dingin, sadar akan kondisi fisik saya pak john ngomong ke temen-temennya untuk duluan saja dan segera mendirikan tenda di puncak sana, dan selang beberapa saat temen-temennya berangkat duluan sesuai perintah pak john.

Kemudian pak john menyuruhku untuk segera berjalan " ayo put jalan pelan-pelan saja, karena kalau semakin kita lama berhenti, nanti semakin dingin tubuh kita" dan aku pun menjawab "iya pak". Dalam hati aku berpikir kenapa pak john suka sekali naik gunung, naik gunung itu capek, kotor dan ternyata menguras tenaga yang sungguh luar biasa, aku pikir keindahan yang aku lihat di media sosial tidak se melelahkan ini, dan aku mulai berpikir kapok untuk kembali naik gunung, atau kalau pak john nanti kembali ngajak, aku pura-pura tidak bisa saja.

Sejam berjalan tanpa sadar puncak sudah mulai terlihat, ditandai oleh lampu-lampu tenda di atas sana yang sudah mulai kelihatan, dan aku pun bertanya pada pak john "yang kelap-kelip lampu itu puncaknya ya pak" dan pak john pun menjawab "iya put, itu puncaknya, kalau capek berhenti dulu aja put" dan aku menimpali "nggak pak, nanggung kan udah deket", pak john tidak menjawab, hanya melempar senyuman kecilnya yang di bibirnya terselip rokok khasnya.

Dan tidak sampai setengah jam tepatnya jam 22:30 aku dan pak john sampai puncak gunung prau setelah kurang lebih berjalan tiga jam lamanya, dan tentunya berjalan santai, atau memang aku yang berjalan lambat, karena temen-temen pak john mungkin sudah sampai puncak dari tadi, dan ketika sampai di bibir puncak gunung prau aku tertegun sejenak dengan keindahan sepanjang mata memandang, hamparan luas puncak gunung dan kerlip lampu tenda menambah keindahan semesta yang sebelumnya hanya aku lihat melalui media sosial saja, ketika dalam lamunan suara pak john menggugah lamunanku tentang keindahan semesta, "ayo put jalan terus, kita cari tenda bule dan yang lain" dan sontak aku jawab "iya pak", belakangan aku baru tau nama temen pak john yang orang putih dan tinggi itu ternyata nama panggilannya bule, karena aku tidak berani berkenalan, dan hanya memanggil mereka dengan sebutan mas saja. Tidak lama berjalan akhirnya kami menemukan tenda temen-temen pak john yang sudah berdiri menghadap puncak gunung sindoro - sumbing katanya. Setelah aku dan pak john sampai kami langsung di tawari oleh temen-temen pak john jahe panas, namun pak john tetep kopi panas tanpa gula, temen-temen pak john sepertinya tau betul selera pak john, dan kalau aku lihat temen-temen pak begitu sangat menghargai beliau, karena begitu sampai dari mulai jahe panas sampai makan malam sudah di siapkan, jadi aku dan pak john ketika sampai tenda sudah di persiapkan semuanya.

Tanpa basa-basi akhirnya aku santap hidangan kornet campur mie rebus serta beberapa sosis yang di campur dengan sayur mayur yang tentu saja sangat lezat untuk ukuran makanan di atas puncak gunung, aku lihat pak john hanya ngopi dan ngerokok saja, "pak john nggak makan pak?" spontan aku nanya dengan rasa malu karena aku makan sendirian tanpa melihat beliau yang ternyata tidak makan dan dengan gaya pak john sambil bercanda menimpali "Nggak put, kamu makan aja duluan, biar kamu kenyang dan segera tidur, karena esok tuhan akan menunjukan kuasaNya pada kamu", dan aku pun mengangguk sedikit bingung dengan kata-kata pak john tentang menunjukan kuasa, maksudnya apa ya dalam hatiku bicara, tanpa banyak kata aku sikat sampai habis makanannya, dan setelah makan serta mungkin karena lelahnya mendaki tadi tubuh jadi auto Lelah dan ditandai dengan menguap yang tak terhitung jumlahnya, sontak pak john menyuruhku untuk masuk tenda dan tidur "tidur aja put duluan, sleeping bag nya dipake, udara puncak sebentar lagi akan semakin dingin" dan tanpa harus menunggu lama aku pun langsung masuk tenda serta menyiapkan sleeping bag supaya tidak kedinginan.

Pagi-pagi buta karena udara dingin yang menusuk tulang aku pun terbangun, persis di sebelahku pak john yang ternyata tidur satu tenda denganku, aku berusaha melepaskan sleeping bag ku agar bisa segera keluar dari tenda untuk menghangatkan tubuh dengan membuat jahe panas, karena suhu puncak gunung prau yang sangat dingin sekali, aku nggak tau suhunya berapa derajat namun yang pasti dinginnya sampai hampir membuat tubuh menjadi beku. Dan aku membangunkan pak john "Pak, bangun pak sudah pagi" seketika pak john bangun "iya put, masih pagi bener put, baru jam 5.30", dan kemudian aku menjawab ringan saja "Iya pak, udaranya dingin banget" meskipun hanya di jawab dengan senyuman saja oleh pak john, setelah itu aku membuka resleting tenda melihat pemandangan di laur sana. Dan benar apa yang pak john katakan semalam, bahwa esok nanti Tuhan akan menunjukan kuasaNya, seketika mataku terbelalak dengan apa yang aku lihat dan aku saksikan, semalam yang hanya samar terlihat gunung-gunung menjuntai ke langit kini terlihat dengan sangat jelas, sangat indah dan begitu mempesona, seperti lukisan alam yang pernah aku pernah lihat pada gambar-gambar animasi, dan akupun berbicara pada pada john, "benar yang bapak katakan, kuasa tuhan begitu nyata dan indah pak". Dan aku termenung di depan tenda dengan alas matras dan secangkir jahe panas yang telah aku buat, tidak lupa akupun membuatkan kopi pahit panas untuk pak john, aku lihat teman-teman pak john belum bangun dan masih tertidur pulas, mungkin karena sudah terbiasa dengan hawa pegunungan jadi seperti tidur di hotel bintang lima.

Aku dan pak john duduk bersebelahan dengan memandang kagum keindahan dan kekuasaan yang di tunjukan oleh Tuhan semesta alam, tak pernah terbesit sedikitpun sebelumnya kalau aku bakal menyaksikan dan merasakan keindahan serta menikmati hamparan surga yang Tuhan berikan untuk bangsa ini, "Terimakasih pak john, sudah mengajak aku untuk menyaksikan keindahan alam ini", dan kemudian pak john mengangguk sambil berkata bahwa.

"Bangsa kita dulu di jajah karena sumber daya alamnya yang melimpah ruah, itu sebabnya kamu harus siap menerima warisan ini kelak, jangan sampai dikemudian hari bangsa ini kembali terjajah, baik secara fisik maupun intelektualnya, dan itu sebabnya saya selalu naik gunung, karena pikiran yang sehat dihasilkan dari kemurnian udara dan tanah yang bersih serta suci, yang belum terkotori oleh asap industri dan limbah yang merusak ekosistem, maka timbulah rasa syukur dan cinta terhadap bangsa ini", Kemudian pak john melanjutkan.

"Put, generasimu hari ini adalah sebagai generasi penentu bangsa ini ke depan, maka bekerja keras dan terulah belajar, karena seringkali kebodohan memakan korban, dan jika suatu saat kamu menjadi orang dipercaya untuk memimpin bangsa ini jangan pernah keras kepada orang lain namun keraslah pada dirimu sendiri, karena hidupmu bergantung atas apa yang kamu tanam dan kemudian pertanggung jawabkan kelak, baik di dunia maupun di akhirat". Kemudian aku pun menjawab "Iya pak, tapi berat rasanya kalau harus menjadi pempin bangsa ini", kemudian pak john melanjutkan "Paling tidak kamu menjadi pemimpin untuk keluargamu, anak-anakmu serta desamu, laki-laki diciptakan untuk menjadi pemimpin tanpa tawar menawar lagi karena itu kodrat setiap lelaki", tutup pak john sambil menyeruput kopi dan menghisap sebatang rokoknya.

Aku sedikit mengerti dengan apa yang pak john sampaikan, kemudian pak john pergi berjalan menuju tugu puncak prau, aku tidak ikut hanya melihat beliau berjalan saja, aku perhatikan pak john hanya duduk sambil memandang hamparan rumput hijau yang luas, sesekali beliau menghisap rokok yang seakan tak pernah lepas dari mulutnya, pak john memang perokok berat, pak john duduk begitu lama, dan kemudian teman-teman pak john  mulai bangun dan keluar dari tenda, dua orang teman pak john terlihat sedang membereskan tempat tidurnya. Sementara bule, temennya pak john merapikan flesit tenda, dan aku sendiri masih asik menikmati jahe yang mulai dingin serta meresapi kata-kata pak john barusan, penuh arti dan makna yang dalam.

Setelah sarapan pagi dan sedikit bercanda dengan pak john dan temen-temennya, kami berlima mencari spot untuk photo dan aktivitas masing-masing, bule lanjut dengan tidurnya dan sementara satu temen pak john yang belum aku ketahui namanya jalan-jalan di seputar puncak gunung prau, dan sementara pak john kembali duduk di tempat yang sama, Cuma kali ini dengan menenteng buku bacaan yang kalau sekilas aku lihat buku tentang Ideologi Politik karya Andrew Heywood, sementara aku sendiri masih duduk mematung sambil menikmati pemandangan indah yang Tuhan hamparkan ke bumi pertiwi ini.

Sebenarnya ini agak aneh, Cuma setelah aku perhatikan diantara kami berlima setelah sampai ke puncak gunung justru jarang banget ngobrol, masing-masing sibuk dengan aktivitasnya sendiri-sendiri, ada yang melancong ke tenda pendaki yang lain, ada yang hanya tidur-tiduran, ada yang hanya mematung sambil baca buku, atau memang seperti ini kebiasaanya.

Karena jenuh duduk-duduk sendiri, aku memberanikan diri untuk menyamperin pak john yang sedang asik baca buku, sebelum tugu puncak prau ada tempat yang lumayan teduh karena ada beberapa pohon yang masih tumbuh lumayan tinggi dan membawa ketenangan tersendiri bagi siapa saja yang ada di bawahnya, aku mencoba memberanikan diri karena memang ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan ke pak john, sebelumnya aku tidak berani menanyakan soal-soal yang sangat private, takut mengganggu atau menyinggung perasaan beliau, karena kalau aku perhatikan, pak john ini jarang banget cerita soal keluarganya, apalagi istri atau anak-anaknya, pun begitu dalam perjalanan dari indramayu ke wonosobo kemarin, nggak sekalipun teman-temannya menyinggung atau obrolannya menjurus kepada kehidupan pribadi pak john ataupun keluargannya, meskipun begitu aku punya jurus untuk mencairkan suasana saat nanti ngobrol dengan pak john, dan aku buatkan kopi pahit panas terlebih dahdulu untuk beliau supaya suasananya bisa enak.

Setelah kopi sudah jadi kemudian beraniin untuk aku samperin pak john yang masih anteng duduk dengan membaca buku dan menghisap rokok, kemudian aku mneyapa beliau sembari menawarkan kopi pahit kesukaannya "Kopi pak, aku buatkan spesial buat pak john" dan kemudian pak john menjawab sambil cengengesan "Hehe Terimaksih Put, saya mau buat kopi Cuma lagi enak posisinya, seperti semesta menyambut keinginan saya put, terimakasih put, ucapnya. meskipun dalam hati aku bertanya-tanya, koq kebetulan banget eh, dan kemudian aku jawab sekalian bertanya biar rasa penasaranku terjawab sudah "Iya pak, sama-sama, oh iyak pak aku mau tanya pak, tapi pak john jangan tersinggung ya pak", sambil mengerutkan keningnya pak john menjawab "Nanya apa put, tumben amat, soal kerjaan atau soal apaan nih?", pak john seperti mempertegas pertanyaan yang sebenernya aku sendiri ragu untuk menanyakan ini, antara soal pantas atau tidak, sopan atau tidak, Cuma karena sudah terlanjut ya aku teruskan saja, semoga pak john bersedia menjawab dan tidak tersinggung atas pertanyaanku ini yang sangat private, "Pak maaf kalau sedikit pribadi, Cuma aku mau tanya pak john sudah punya anak berapa?", mendengar pertanyaan itu pak john agak sedikit terdiam, dan aku mulai khawatir takut beliau tersinggung atau kurang nyaman atas pertanyaan itu.

Beliau lama sekali termenung, untuk mencairkan suasana yang tiba-tiba kaku maka aku minta maaf dan mengalihkan pembicaraan ke soal-soal yang beliau sukai, yaitu soal politik atau geopolitik, serta kondisi politik dan hukum yang terjadi belakangan ini, dan kemudian beliau menjawab "Kamu tau filsafat nggak put? Filsafat eksistensialisme itu hanya dipahami oleh meraka yang pernah mengalami persoalan genting antara hidup dan mati. Dan saya sendiri cukup khawatir dengan fenomena para pemimpin bangsa ini yang kerapkali mempermainkan mandat rakyat. Tandasnya sambil mengakhiri obrolan yang sudah menuju pagi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun