Sebenarnya ini agak aneh, Cuma setelah aku perhatikan diantara kami berlima setelah sampai ke puncak gunung justru jarang banget ngobrol, masing-masing sibuk dengan aktivitasnya sendiri-sendiri, ada yang melancong ke tenda pendaki yang lain, ada yang hanya tidur-tiduran, ada yang hanya mematung sambil baca buku, atau memang seperti ini kebiasaanya.
Karena jenuh duduk-duduk sendiri, aku memberanikan diri untuk menyamperin pak john yang sedang asik baca buku, sebelum tugu puncak prau ada tempat yang lumayan teduh karena ada beberapa pohon yang masih tumbuh lumayan tinggi dan membawa ketenangan tersendiri bagi siapa saja yang ada di bawahnya, aku mencoba memberanikan diri karena memang ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan ke pak john, sebelumnya aku tidak berani menanyakan soal-soal yang sangat private, takut mengganggu atau menyinggung perasaan beliau, karena kalau aku perhatikan, pak john ini jarang banget cerita soal keluarganya, apalagi istri atau anak-anaknya, pun begitu dalam perjalanan dari indramayu ke wonosobo kemarin, nggak sekalipun teman-temannya menyinggung atau obrolannya menjurus kepada kehidupan pribadi pak john ataupun keluargannya, meskipun begitu aku punya jurus untuk mencairkan suasana saat nanti ngobrol dengan pak john, dan aku buatkan kopi pahit panas terlebih dahdulu untuk beliau supaya suasananya bisa enak.
Setelah kopi sudah jadi kemudian beraniin untuk aku samperin pak john yang masih anteng duduk dengan membaca buku dan menghisap rokok, kemudian aku mneyapa beliau sembari menawarkan kopi pahit kesukaannya "Kopi pak, aku buatkan spesial buat pak john" dan kemudian pak john menjawab sambil cengengesan "Hehe Terimaksih Put, saya mau buat kopi Cuma lagi enak posisinya, seperti semesta menyambut keinginan saya put, terimakasih put, ucapnya. meskipun dalam hati aku bertanya-tanya, koq kebetulan banget eh, dan kemudian aku jawab sekalian bertanya biar rasa penasaranku terjawab sudah "Iya pak, sama-sama, oh iyak pak aku mau tanya pak, tapi pak john jangan tersinggung ya pak", sambil mengerutkan keningnya pak john menjawab "Nanya apa put, tumben amat, soal kerjaan atau soal apaan nih?", pak john seperti mempertegas pertanyaan yang sebenernya aku sendiri ragu untuk menanyakan ini, antara soal pantas atau tidak, sopan atau tidak, Cuma karena sudah terlanjut ya aku teruskan saja, semoga pak john bersedia menjawab dan tidak tersinggung atas pertanyaanku ini yang sangat private, "Pak maaf kalau sedikit pribadi, Cuma aku mau tanya pak john sudah punya anak berapa?", mendengar pertanyaan itu pak john agak sedikit terdiam, dan aku mulai khawatir takut beliau tersinggung atau kurang nyaman atas pertanyaan itu.
Beliau lama sekali termenung, untuk mencairkan suasana yang tiba-tiba kaku maka aku minta maaf dan mengalihkan pembicaraan ke soal-soal yang beliau sukai, yaitu soal politik atau geopolitik, serta kondisi politik dan hukum yang terjadi belakangan ini, dan kemudian beliau menjawab "Kamu tau filsafat nggak put? Filsafat eksistensialisme itu hanya dipahami oleh meraka yang pernah mengalami persoalan genting antara hidup dan mati. Dan saya sendiri cukup khawatir dengan fenomena para pemimpin bangsa ini yang kerapkali mempermainkan mandat rakyat. Tandasnya sambil mengakhiri obrolan yang sudah menuju pagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H