Jonathan bangkit dan membawa satu koper, lalu membukanya, kemudian diserahkannya pada Ramos. Secara tunai." Â Anda membayar pada saya tunai ? Sebelum pekerjaan ini saya lakukan ?." Isabel mengangguk.
" Ini bonus untukmu . " Dilemparkannya sekantung uang. Ramos menerima  sekantung uang receh, ia tersenyum geli, lalu tertawa terbahak-bahak karena selama ini, ia tidak pernah mengurusi lagi uang receh, bahkan untuk  parkir mobil ia selalu membayar uang dengan seratus ribuan.Â
Gabriel menoleh ke arah Ramos yang terkekeh-kekeh geli, namun tangannya tetap saja membuka kantung uang itu. Seketika matanya melotot ketika ia dapati satu keping uang emas. Ia cepat-cepat mengecek kemurnian kandungan emasnya.
Matanya membeliak tidak percaya, ketika menyadari jika emas pada uang yang ia pegang, merupakan emas murni kualitas nomor satu. Ia tahu benar karena sejak kecil, ia telah bekerja di toko emas milik keluarga.
Ia kembali membuka kantong dan mendapati  uang emas yang sama.  Matanya berbinar-berbinar ketika mendapati motif ukiran pada uang yang sangat mirip dengan gambar Isabel. Ia menghela nafas panjang sembari menggeleng-gelengkan kepala.
Ia bergegas keluar pintu rumah dengan ekspresi bahagia, karena terpuaskannya hati memperoleh banyak harta. Ia pergi selayaknya kesatria yang baru saja memenangkan pertarungan. Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H