Bonus demografi telah membuat peningkatan jumlah generasi milenial yang sangat fantastis. Bahkan menurut data Drone Emprit Academic (2019) para generasi milenial ini merupakan pengguna media sosial yang sangat aktif di Indonesia.Â
Dengan tingginya peningkatan generasi milenial, sangat lumrah bila saat ini banyak terlahir inovasi baru terutama dalam konteks kewirausahaan. Salah satu inovasi bisnis yang semakin berkembang di era milenial adalah social entrepreneurship yang merupakan wirausaha yang tidak hanya untuk mencari profit semata, tapi mempertimbangkan dampak dari bisnis tersebut.
Dengan kata lain, sociopreneur adalah seseorang yang memulai bisnis dengan berbasis permasalahan sosial di masyarakat. Dengan mengunakan pendekatan kewirausahaan, kemudian mengorganisasi, mengkreasi, dan mengelola potensi yang ada untuk membuat perubahan sosial.Â
Dengan begitu, kegiatan pengabdian masyarakat dan kegiatan Social Responsibility dari sebuah perusahaan belum bisa dikatakan sebagai socio entreprise.
Hingga saat ini fenomena sociopreneur telah banyak menarik simpati para generasi milenial yang ingin menjadi wirausaha. Para generasi milenial ini yakin bahwa sociopreneur merupakan salah satu alternatif berbisnis yang sekaligus bisa melakukan aktivitas sosial guna membantu sesama.Â
Itu mengapa banyak amatan mengatakan bahwa sociopreneur telah membantu pemerintah dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan bisa menekan angka pengangguran.
Menurut Direktur Pengembangan Pasar Ditjen Binapenta & PKK Kementerian Ketenagakerjaan, Roositiawati menyampaikan bahwa angka pengangguran selama lima tahun terakhir tercatat mengalami penurunan di mana kontribusi terbesar dari penurunan pengangguran berasal dari tumbuhnya socio enterprise di Indonesia.Â
Meski demikian, memulai bisnis dengan model bisnis seperti ini butuh proses, komitmen dan persiapan yang matang. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh generasi milenial bila ingin membangun bisnis socio entreprise diantaranya; Â
Pertama, bisnis ini harus dibangun guna menjawab persoalan masyarakat. Oleh sebab itu diperlukan riset kecil untuk menemukan berbagai permasalahan dan tentunya memiliki dampak buruk di sekeliling kita. D
alam konteks ini masalah yang terjadi merupakan masalah yang besar dan akan menimbulkan dampak yang buruk kedepannya. Kedua, melakukan verifikasi terhadap berbagai permasalahan terlebih dahulu. Kita harus memastikan bahwa masalah tersebut harus benar-benar merupakan sebuah masalah besar.
Oleh sebab itu kita bisa mencari sumber informasi dari berbagai sumber berdasarkan data-data yang ada di internet atau literatur terpercaya lainnya. Tidak lupa pula, kita perlu menganalisa berapa kerugian dan dampak sosial yang akan terjadi dari bisnis yang dijalankan.
Ketiga, menemukan solusi dengan melahirkan inovasi produk. Tujuanya agar solusi yang dihasilkan bisa menjadi sebuah produk dan jasa yang kedepannya memiliki permintaan yang tinggi. Keempat, bisnis model yang teruji.Â
Kita harus menguji bisnis sosial yang kita bangun bisa memperoleh pemasukan dan mendorong agar konsumen mau membeli produk dan jasanya. Kelima, dibutuhkan tim yang solid.Â
Oleh sebab itu kita harus menemukan orang-orang yang memiliki visi dan misi yang sama dalam memulai bisnis dengan tujuan utama untuk mengatasi permasalahan sosial. Meski demikian, banyak pula sociopreneur yang mendirikan usahanya dari perseorangan.
Terakhir, menjadi sociopreneur dibutuhkan motivasi, kerja keras, inovasi dan kreativitas dengan konteks kekinian. Dengan catatan tidak melupakan tujuan utamanya yakni memberikan kebaikan dan menciptakan dampak sosial yang positif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H