Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kritikan Pedas Para Pengamat Cucu

23 September 2019   10:58 Diperbarui: 23 September 2019   11:08 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cucu presiden tentu saja beda dengan cucuk rakyat kebanyakan. Persamaannya, kakek nampak lebih sayang cucu ketimbang anak. Perbedaannya, cucu presiden punya "nilai jual" buat pencitraan. 

Sewaktu kampanye pilpres kemarin, Jan Ethes, cucu Jokowi jadi ikon 01. Ikon keluarga bahagia sebagia kebalikan dari Prabowo yang cuma bisa pamer kucing kesayayangan.

Bagi pendukung Jokowi, Jan Ethes adalah antitesa Prabowo. Bisa jadi bahan buat ngeledek lawan politik. Maka nggak heran, setiap pemuncUlan Jan Ethes disambut sorak sorai berlebihan, seolah Jan Ethes adalah anak, keponakan, atau cucu sendiri.

Tapi kali ini tidak. Maksud hati ingin agar cucunya kembali dapat sorak sorai gemes, gagal total. Di Twitter, Jokowi mengupload  video ngevlog bareng cucu. 

Cucu presiden tentu saja mainnya di halaman istana. Bermain-main dengan rusa, berlari-lari menghirup udara segar kota Bogor. Nah, udara segar inilah yang jadi pangkal soal kegagalan vlog itu.

Persoalan udara segar jadi barang mahal di beberapa kota di seberang lautan sana. Banyak anak-anak yang sesak nafas, bahkan sampai ada yang meninggal dunia.  

Untuk melihat udara cerah saja seolah tidak ada harapan, apalagi saat langit tiba-tiba berwarna merah darah.  Saat yang bersamaan, nun jauh di sana, di kota Bogor, presiden "memamerkan" nikmatnya udara segar bersama cucu tercinta.

Maka nggak heran, vlog kali ini tidak dapat pujian, " Iiiih..gemesin deh," " Jan Ethes, love you..." dan semacamnya. Para pendukung Jokowi banyak yang marah, ada yang sekedar mengingatkan, ada yang melebar sampai soal RUU. 

Para tukang nyinyir Jokowi jangan tanya lagi. Para pengamat yang  biasanya malas jadi pengamat cucu, kali ini ikut buka suara. Protes terhadap vlog itu sepakat, Jokowi tidak sensitif terhadap kebakaran hutan!

Apakah pihak istana minta maaf? Tentu saja tidak. Bukan istana kalau tidak membantah. Walaupun fakta, pokoknya harus dibantah! Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Adita Irawati membantah jika Presiden Joko Widodo atau Jokowi disebut tidak berempati terhadap korban kebakaran hutan dan lahan lantaran mengunggah video sedang bersenang-senang bersama cucunya, Jan Ethes Srinarendra. 

"Beliau mengunggah video itu bukan berarti tidak peka. Setiap saat beliau selalu memantau perkembangan dan menerima laporan maupun memberikan instruksi kepada para menteri atau badan terkait," kata Adita sebagaimana dikutip media online Tempo.

Bantahannya tentu saja nggak nyambung. Warganet memprotes vlog itu karena dianggap tidak sensitif terhadap situasi terkini. Bukan bilang Jokowi nggak kerja. 

Mana ada Presiden yang nggak kerja? Kalau soal kerja, semua rakyat sudah menonton dan menyaksikan video atau gambar Jokowi jalan sendirian di hutan yang terbakar, diantara petugas pemadam kebakaran hutan. Kurang heroik gimana? Bukan soal itu. Tapi memang itu ciri khas staff presiden. Membantah tapi nggak nyambung.

Contohnya begini. Kalau misalnya kau bekerja sebagai relawan membantu korban kelaparan di satu negara yang sedang ditimpa bencana kelaparan. 

Kau dan rombongan datang membawa bantuan makanan. Kau biasa makan makanan yang enak-enak, lezat-lezat. Kalau kau dan rombonganmu saat istirahat makan makanan lezat di depan para korban kelaparan itu, itu namanya kau tidak sensitif, bukan kau  tidak bekerja. Paham ora Son?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun