Reputasi kesombongan dan keras kepala teman-teman Fir’aun memang luar biasa. Walaupun Allah mengirimkan bencana secara sistimatis, mereka tetap setia pada pujaannya, Fir’aun. Pertama Allah mengirimkan angin topan, selama mereka masih bisa bersembunyi mereka tidak menyerah. Apalagi setelah angin topan itu banyak material berserakan yang menjadikan tanaman subur, sama dengan setelah bencana gunung merapi, tanah pertanian menjadi lebih subur.
Sebelum kaum Fir’aun memanen hasilnya Allah mengirimkan hama belalang yang menghabiskan tanaman mereka. Mereka menyerah? Tidak juga. Tanaman bukan satu-satunya makanan. Mereka masih punya ternak untuk dimakan. Lalu Allah mengirimkan kutu, virus yang membunuh binatang ternak. Menyerah ? Belum. Mereka masih bisa minum, cukuplah untuk melepas dahaga. Lalu Allah mengirimkan katak dan darah memenuhi sumur mereka. Barulah mereka menyerah.
Sebagai penganut politheisme teman-teman Fir’aun percaya pada banyak Tuhan. Masing-masing Tuhan punya tugas berbeda. Nah, ketika Tuhan mereka tak berdaya melawan Tuhan Nabi Musa, maka mereka mendatangi Nabi Musa
Dan ketika siksa itu menimpa mereka, mereka pun berkata : Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu berkat apa yang dianugerahkan padamu. Sesungguhnya jika engkau menghilangkan azab itu dari kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan pasti kami akan membiarkan Bani Isra’il pergi bersamammu. Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya.
( Al Qur’an, surah Al ‘araf, ayat 134-135 )
Nampak sekali teman-teman Fir’aun memang tidak berniat beriman pada Tuhan Nabi Musa. Mereka telah dibutakan oleh cinta yang berlebihan pada Fir’aun sang raja. Setelah permohonan mereka melalui perantara Nabi Musa dikabulkan, dan azab telah dihilangkan, tiba-tiba mereka mengingkarinya. Kata “ tiba-tiba” menunjukan mereka memang sudah berniat mengingkarinya sejak awal.
Begitulah cinta yang berebihan pada sang pemimpin telah membutakan mata dan mata hati mereka. Walaupun sudah sangat jelas kezaliman Fir’aun, walaupun sudah jelas keperkasaan Tuhan Nabi Musa, teman-teman Fir’aun tetap menganggap Fir’aunlah raja dari segala raja. Penguasa yang bisa bikin mereka sejahtera di dunia, pemimpin yang tidak punya salah. Pemimpin yang top markotop.
15022016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H