Melawan Takdir
Kita dan sebongkah mimpi
Berkelana dalam bisu
Menjauh dan semakin terasing
Kemudian diam dalam kelimbungan
Kita dan rajutan jala
Merentang di atas gundukan lara
Merayu memaki mengumpat
Kemudian bertobat karena terjebak
Kita dan lorong sempit
Menata pintu-pintu penuh harap
di ujung jauh berkas kemilau
Entah awal atau akhir, entah halu atau galau
Kita dan mereka yang sejalan
mematri rel yang berseberangan.
Kerata mereka bercat pelangi
sementara kita bersesak dalam napas
berebut kursi menuju stasiun terakhir
Entah dengan karcis yang mana.
Kita harus melakoni garis hidup
Tapi jangan sekalipun takdir itu kau iklaskan
kendati dalam keluh dan kesah yang pasrah
saat melihat mereka tersenyum dan merekah
dan kita hanya tersenyum getir.
Karena di sana takdir hanyalah suratan
dan di sini kita masih teguh melingkarkan tasbih
berpasrah kepada Sang Khalik.
Cinere, 07 Januari 2025
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H