Mohon tunggu...
Balqis Putri
Balqis Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Kontributor

-

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Gen Z dalam Lingkungan Kerja

7 Februari 2023   17:17 Diperbarui: 7 Februari 2023   17:23 1221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gen Z merupakan generasi milenial (lahir antara tahun 1995-2005) yang saat ini menginjak usia remaja dan memasuki usia dewasa. Sebagai generasi, mereka memiliki tantangan dan peluang unik yang akan membentuk masa depan

Generasi milenial sekarang sudah mapan di dunia kerja, dan Generasi Z dengan cepat mendapatkan pijakan. Para pekerja muda ini dikenal karena etos kerja mereka yang mandiri dan memotivasi diri serta kegemaran mereka menggunakan teknologi di tempat kerja. Untuk mengelola tenaga kerja karyawan Generasi Z, penting untuk memberikan peluang untuk tumbuh dan berkembang. Selain itu, sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan mengasyikkan agar karyawan tetap terlibat dan termotivasi.

Gen Z sangat menghargai komunikasi dan melihatnya sebagai komponen penting dari semua hubungan mereka. Mereka percaya komunikasi yang efektif sangat penting untuk membangun kepercayaan, menyelesaikan konflik, dan membina hubungan yang positif. Faktanya, mereka melihat keterampilan komunikasi yang baik sebagai keterampilan penting yang dapat Anda kembangkan dalam hidup Anda.

Selain itu, karyawan generasi Z berfokus untuk memastikan bahwa mereka menciptakan lingkungan yang aman bagi semua orang melalui tindakan mereka. Sebagai generasi yang tumbuh di antara teknologi, mereka menyadari ketersediaan konstan yang mulai diharapkan oleh tempat kerja dan mencoba mendobrak tren berbahaya tersebut.

Karyawan Gen Z paham teknologi dan nyaman bekerja di dunia digital. Mereka akrab dengan media sosial, smartphone, dan teknologi komunikasi lainnya. Karena itu, karyawan generasi z cenderung sangat responsif terhadap teknologi baru yang mungkin diperkenalkan ke tempat kerja. Manajer harus fokus pada penggunaan teknologi baru secara efektif untuk menghindari pengasingan pekerja mereka. Selain itu, karyawan generasi z menuntut feedback dengan segera, sehingga manajer perlu memastikan mereka memiliki sistem untuk memberikan umpan balik dengan cepat dan efisien. Hasilnya, karyawan generasi Z juga merasa nyaman bekerja dengan tim jarak jauh dan hybrid.

Karyawan Gen z terbuka untuk ide-ide baru dan mau bereksperimen. Mereka percaya bahwa jika mereka bisa fleksibel, atasan mereka juga akan demikian. Akibatnya, manajer perlu memastikan bahwa tempat kerja mereka menawarkan peluang pembelajaran dan pengembangan yang dicari oleh generasi Z. Berbeda dengan generasi sebelumnya di tempat kerja, gen Z menyambut baik perubahan dan beradaptasi untuk berkembang dalam keadaan baru. Mereka lebih terbuka terhadap ide dan inovasi baru, yang dapat mendorong produktivitas.

Sebagai generasi yang dibesarkan di media sosial, karyawan generasi z terbiasa bekerja di lingkungan yang fleksibel . Mereka menginginkan kebebasan untuk bekerja sesuai ketentuan mereka. Mereka terbiasa bekerja dari jarak jauh, sistem shift, dan kadang-kadang bisa bekerja dari rumah. Menyediakan remote working options, flexible work schedule, dan on-demand access to resources adalah beberapa cara yang dibutuhkan manajer untuk menyambut generasi baru di tempat kerja.

Kecenderungan ini kemungkinan akan berlanjut saat generasi yang lebih muda menjadi dewasa dan mengharapkan lebih dari pekerjaan mereka daripada sekadar terkurung dalam batasan kaku yang dipaksakan oleh generasi yang lebih tua. Generasi Z juga umumnya mengganggu dalam hal norma dan praktik di tempat kerja. Misalnya, mereka biasanya tidak puas dengan jalur karir tradisional yang melibatkan beberapa tahun dengan satu perusahaan sebelum pindah ke yang lain.

Karyawan generasi z lebih fokus pada kesejahteraan dan kebahagiaan mereka daripada generasi sebelumnya. Mereka ingin menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi, mengambil cuti saat dibutuhkan, dan merasa dihargai atas kerja keras mereka. Untuk itu, pengusaha harus memberikan kesempatan yang luas bagi karyawan untuk menyeimbangkan pekerjaan dengan kehidupan pribadi mereka. Ini termasuk menciptakan budaya feedback dan penghargaan yang sangat dihargai oleh gen Z. Selain itu, karyawan generasi Z  juga appreciate concern towards mental health dan menghindari kebiasaan kerja yang tidak sehat.

Tenaga kerja generasi z sangat besar, dan akan berdampak signifikan pada masa depan bisnis. Mereka mandiri dan menuntut, dan perusahaan lama perlu beradaptasi atau menghadapi kepunahan. Untuk mengelola generasi ini, tim harus menciptakan lingkungan yang produktif, inovatif, dan dinamis. Tidak ada jawaban pasti untuk mengelola tenaga kerja generasi z -- tentunya membutuhkan kreativitas, kerja keras, dan evaluasi terus-menerus. Namun, dengan memahami tantangan yang dihadirkan generasi z dan menerapkan solusi yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka, tim dapat memastikan bahwa mereka berada di depan kurva dan siap untuk sukses di tahun-tahun mendatang.

Karyawan generasi z sangat otonom dan menghargai kemandirian di atas segalanya. Mereka ingin dapat membuat keputusan sendiri, bekerja di lingkungan yang serba cepat, dan mengendalikan jalur karier mereka. Untuk itu, pengusaha harus menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa diberdayakan dan dapat bekerja secara mandiri. Jika tidak, karyawan generasi baru akan merasa terhambat oleh aliran pekerjaan berulang yang terus-menerus di mana mereka hanyalah roda penggerak di dalam mesin. Karyawan ini mencari otonomi dan pilihan untuk mengambil keputusan yang menciptakan dampak dunia nyata. Keinginan mereka untuk membuat dampak tetap di atas.

Karyawan generasi z terus mencari peluang baru dan menarik. Mereka ingin pekerjaan mereka merangsang, menantang, dan penuh dengan potensi pertumbuhan. Perusahaan lama yang stagnan atau tidak mengikuti tren terkini dapat dengan cepat kehilangan pekerja muda yang mencari kegembiraan dalam kehidupan kerja mereka. Pengusaha harus menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa mereka membuat perbedaan nyata dan masukan mereka dihargai. Selain itu, budaya perusahaan -- mulai dari kepemimpinan hingga anggota tim individu -- harus menekankan inovasi dan kreativitas di atas segalanya. Jika karyawan generasi z melihat bahwa nilai-nilai ini meresap ke seluruh tim, hal itu akan mendorong mereka untuk bertahan lebih lama di perusahaan.

Namun, ini menciptakan tantangan juga. Sejumlah besar manajer cenderung memahami karyawan generasi z sebagai anak yang hiperaktif dan lalai. Dalam pencarian terus-menerus akan hal-hal baru yang didorong oleh semangat wirausaha, gen z becomes hard to retain for teams.

Pekerja generasi z berasal dari generasi dimana the conventional approach to work does not cut it. Karyawan menginginkan pekerjaan yang menarik dan menantang yang penuh potensi untuk personal growth. Artinya, tim harus memastikan proses mereka tidak terlalu kaku atau formulaic. Apalagi karyawan generasi z tidak mau terikat dengan norma yang mengatur tempat kerja. Mereka terus-menerus berselisih dengan manajer dari generasi lama yang setia pada sistem mereka yang dirancang bertahun-tahun yang lalu. Pertarungan Gen Z untuk me-redefine work as a part of their life instead of the pivot challenges and confuses managers.

Karyawan generasi z selalu mencari peluang dan tantangan baru. Mereka ingin bekerja di lingkungan yang memungkinkan mereka menggunakan kreativitas, imajinasi, dan keterampilan memecahkan masalah. Tim yang gagal memberikan banyak kesempatan untuk pertumbuhan karyawan merasa sulit mempertahankan karyawan ini, yang tidak takut untuk beralih karier dan pekerjaan. Kecenderungan Gen Z untuk terus mempelajari keterampilan dan eksplorasi baru dapat mengganggu manajer yang ingin timnya hanya fokus pada pekerjaan. Manajer sering kali merasa kesulitan untuk melibatkan para pekerja ini. Jika mereka tidak menganggap the work meaningful, akan sulit bagi manajer untuk menyelesaikannya secara efektif oleh karyawan gen z.

Karyawan Gen Z adalah tipe pekerja yang unik dan spesial. Tantangan terbesar bagi para manajer adalah menyeimbangkan pekerjaan dengan waktu pribadi dan avoiding micro-managing employees. Untuk memastikan lingkungan kerja yang harmonis yang membantu mengembangkan tenaga kerja muda, beberapa hal yang dapat dilakukan manajer antara lain:

Komunikasi is the key

Manajer harus komunikatif dengan karyawan gen z mereka. Ini mencakup komunikasi yang jujur dan terbuka tentang harapan, feedback, dan inisiatif baru. Manajer juga harus memberikan waktu bagi karyawan generasi z untuk berbagi kekhawatiran atau ide apa pun yang mungkin mereka miliki. Dengan demikian, kedua belah pihak dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif yang memfasilitasi pemikiran dan pertumbuhan kreatif. Hubungan saling percaya dengan manajer penting dalam menciptakan ruang kerja yang efektif di mana pekerja merasa termotivasi dan berdaya untuk mengambil risiko.

Fokus pada feedback

Bagian penting dari pekerjaan manajer mana pun adalah memberikan feedback. Feedback harus tepat waktu, bermakna, dan dapat ditindaklanjuti untuk generasi z. Anda juga harus menyesuaikannya dengan individu dan situasi kerja mereka. Agar karyawan generasi z dapat meningkatkan keterampilan mereka, mereka membutuhkan umpan balik yang konsisten dan relevan tentang kinerja mereka.

Memberikan kesempatan untuk belajar dan berkembang

Karyawan generasi z menginginkan kesempatan untuk tumbuh dan mengembangkan keterampilan mereka. Manajer harus mengizinkan pekerja mempelajari hal-hal baru, mengerjakan proyek yang menantang, dan mengambil tanggung jawab baru. Hal ini memungkinkan karyawan generasi z merasa seperti mereka menyumbangkan sesuatu yang berharga ke tempat kerja dan membuat mereka lebih berinvestasi dalam pekerjaan mereka. Memberikan kesempatan belajar juga dapat membantu manajer tetap up-to-date dengan tren dan perkembangan industri untuk membuat keputusan yang tepat bagi tim.

Become agile in your approach

Dalam hal mengelola karyawan generasi z, pendekatan yang fleksibel adalah kuncinya. Manajer harus mampu menyesuaikan gaya dan pendekatan mereka saat tenaga kerja berubah dari waktu ke waktu. Itu berarti berpikiran terbuka dan menerima bahwa tidak semuanya akan berjalan sesuai norma. Karena karyawan generasi z terus mengubah cara mereka bekerja, manajer akan membutuhkan fleksibilitas untuk menyesuaikan diri agar lingkungan tempat kerja tetap positif dan produktif.

Menjadi orang yang berorientasi

Generasi ini memilih nilai mereka daripada jabatan. Manajer perlu mengingat bahwa karyawan generasi z ingin bekerja dengan orang yang mereka sukai, hormati, dan merasa nyaman bekerja sama. Di atas segalanya, mereka ingin menciptakan dampak di tempat kerja. Manajemen harus fokus pada membangun hubungan kepercayaan dengan anggota tim mereka untuk menjadi produktif. Anda dapat melakukan ini dengan memberikan kesempatan untuk kegiatan dan acara sosial dan sesi umpan balik reguler yang berfokus pada pengembangan pribadi.

Jadikan mental health as a priority

Semakin jelas bahwa gen z sangat menghargai kesehatan mental. Menurut National Alliance on Mental Illness, satu dari lima orang dewasa mengalami kondisi kesehatan mental di beberapa titik dalam hidup mereka. Hal ini berlaku ganda bagi karyawan milenial dan gen z yang tumbuh dengan media sosial, smartphone, dan kepuasan instan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Manajer perlu menyadari tanda-tanda stres dan berupaya menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa didukung. Saat berbicara tentang kesejahteraan, manajer tidak boleh hanya terbatas pada kesehatan fisik.

Dorong kepemilikan tugas

Salah satu karakteristik yang menentukan dari karyawan generasi z adalah keinginan mereka untuk memiliki tugas. Generasi milenial dan karyawan generasi z lebih mungkin dibandingkan generasi yang lebih tua untuk merasa memiliki kendali atas lingkungan kerja mereka. Ini bisa menjadi hal yang positif bagi moral tim jika dilakukan dengan cara yang efektif. Namun, memberikan terlalu banyak otonomi dapat menyebabkan kekacauan dan kelambanan. Manajer harus memberikan tugas yang jelas dengan tenggat waktu dan feedback progress agar semua orang tetap pada jalurnya. Kuncinya di sini adalah menyeimbangkan inspirasi dan kontrol.

Jadilah ahli teknologi

Karyawan generasi z bisa dibilang merupakan generasi pekerja yang paling melek teknologi. Gen z-ers menggunakan smartphone secara teratur untuk keperluan kerja. Manajer harus merasa nyaman dengan teknologi untuk mengimbangi anggota tim mereka. Penting juga untuk memiliki pemahaman yang jelas tentang tren baru sehingga Anda dapat melayani kebutuhan karyawan Anda dengan lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun