Secara umum biodiesel memiliki karakteristik angka setana, berat jenis, viskositas kinematik, sifat pelumasan yang lebih tinggi dibandingkan minyak solar. Selain itu, biodiesel memiliki kandungan sulfur yang sangat rendah sehingga mendukung program penggunaan bahan bakar bebas sulfur, serta dapat diterapkan untuk menurunkan kandungan sulfur pada minyak solar.
Di sisi lain, biodiesel mengandung pengotor dari sifat alamiahnya sebagai bahan bakar nabati. Selain komponen utama ester metil, biodiesel berpotensi mengandung kandungan monogliserida dan gliserol sebagai komponen pengotor pada transesterifikasi dan pemurnian biodiesel. Keberadaan senyawa tak jenuh dengan ikatan rangkap juga berpotensi menyebabkan stabilitas oksisdasi biodiesel lebih rendah dibandingkan minyak solar. Selain itu, sifat higroskopis biodiesel juga rentan menyebabkan peningkatan kandungan air pada bahan bakar campuran minyak solar-biodiesel.
Beberapa penelitian sebelumnya mengkonfirmasi bahwa kandungan monogliserida jenuh menjadi penyebab permasalahan teknis terkait penyumbatan pada filter bahan bakar. Perbaikan batasan mutu kandungan monogliserida maksimal 0.55 persen massa, menjadi salah satu rekomendasi hasil uji jalan B30, dalam menyusun spesifikasi biodiesel untuk implementasi B30.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H