Mohon tunggu...
Baldwine Honest G
Baldwine Honest G Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan

Pendidik, Penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Alternatif Pembelajaran di Masa Pandemi

24 Juni 2020   16:23 Diperbarui: 24 Juni 2020   16:38 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa Pandemi ini kita tidak tahu kapan akan berakhir. Bisa jadi enam bulan ke depan, atau lebih lama lagi.  Sejak bulan Maret 2020, beberapa kegiatan di dunia pendidikan terpaksa ditiadakan, diganti maupun ditunda. 

Misalnya pembelajaran tatap muka, pelaksanaan ujian, kegiatan kunjungan belajar keluar, kegiatan pentas seni, dan lainnya ditiadakan. Untuk pembelajaran tatap  muka dan ujian sekolah digantikan dengan pembelajaran  dan ujian on line. Walaupun banyak kendala yang ditemui, namun itu merupakan solusi terbaik untuk sementara waktu sampai akhir tahun ajaran.

Tahun ajaran baru akan segera dimulai, kondisi pandemi yang terjadi belum lebih baik dari sebelumnya, dan dari kemendikbud masih melarang adanya tatap muka selain di daerah zona hijau. Sementara orangtua murid sudah harus bekerja kembali dengan menerapkan "new normal", mall dan tempat pariwisata sudah mulai dibuka, walaupun dengan protokol kesehatan yang ketat.

Lalu untuk zona yang lain bagaimana? Akankah sekolah tutup terus sampai waktu yang tidak ditentukan? Virus covid ini bisa jadi akan terus ada. Dan kita belum tahu kapan vaksin ditemukan. Memang kesehatan adalah hal yang paling utama, tapi apakah dengan demikian sekolah akan tutup terus dan anak-anak tidak ada pembelajaran tatap muka sama sekali, gara-gara takut bertukar masker dengan temannya, atau alasan lainnya ?

Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Pasti ada hikmahnya, yaitu kita dilatih berpikir kreatif, dekat dengan Allah, dekat dengan sesama. Ada perhatian dan kelekatan satu sama lain karena sedang menghadapi cobaan yang sama. 

Yang terlihat kurang pas adalah sikap terlalu pesimis dan ketakutan yang  berlebihan sehingga menyelesaikan satu masalah dengan menciptakan satu masalah yang baru. Sebenarnya setuju saja anak-anak belajar dari rumah, tapi dari beberapa bulan sebelumnya, seharusnya bisa dievaluasi, pembelajaran on line ternyata kurang efektif. Karena banyaknya kendala yang ada , kompetensi guru yang kurang dan  kurikulum yang tidak berubah.

Alternatif proses pembelajaran kombinasi tatap muka, on line, dan problem solving, sebenarnya bisa saja diterapkan, disesuaikan dengan lokasi lembaga, kondisi lingkungan dan tentu saja persetujuan wali murid dan komite sekolah.

Yang terpenting, anak-anak sudah mulai dibiasakan sejak sekarang, untuk memakai masker atau face shield, terus menjaga kebersihan, dan menjaga jarak, sehingga itu akan menjadi kebiasaan dan pola hidup mereka sehari-hari. 

Jadi seandainya anak-anak sekolah kapanpun, mereka sudah terbiasa  memakai masker tidak terlalu ketat, tidak banyak berlari saat di sekolah, tidak pegang mata, rajin mencuci tangan, mengajarkan hak milik barang dan lainnya. 

Sebagai orangtua kita harus terus memotivasi dan memberi semangat,  mereka pasti akan memahami, karena mereka sudah merasakan tidak enaknya belajar di rumah, dan tidak bisa ke sekolah, tidak bisa ke mana-mana. Mereka pasti akan mendengarkan dan mengikuti, karena mereka juga tahu penyebabnya adalah menghindari tertular virus. 

Libatkan dan ingatkan anak, bahwa ini adalah masalah yang harus dihadapi bersama. Sekarang masih ada kita sebagai orangtua yang melindungi, satu saat nanti mereka harus melindungi diri mereka sendiri dari masalah apapun. Apabila anak sudah diajarkan mengatasi masalah, bukan menjauhi masalah, maka mereka akan menjadi anak-anak yang mandiri.

Kombinasi  pembelajaran tatap  muka, on line, dan problem sloving, bisa dilakukan sebagai berikut. Untuk pembelajaran tatap muka di sekolah tetap dilaksanakan, walaupun cukup seminggu dua kali, dengan durasi waktu dipersingkat, jumlah siswa dibatasi dan semua harus sesuai dengan protocol kesehatan. 

Karena dalam belajar, anak bukan hanya mencari ilmu, tapi juga harus bersosialisasi, berinteraksi dan bergaul dengan guru dan teman, sebagaimana seharusnya manusia sebagai makhluk sosial. Bukan menjadikan mereka menjadi individualis dan generasi mager forever (males gerak, istilah sekarang), juga menjadi kecanduan pada gawai.

Untuk pembelajaran on line nya, dijadwalkan melengkapi materi pembelajaran saat tatap muka, namun harus mengubah cara mengajar dan belajar dengan metode on line yang lebih disiplin. Pendampingan orang tua sangat dibutuhkan saat pembelajaran on line ini. Dan bagi yang terkendala gawai, jaringan dan kuota, maka guru harus berkomunikasi dengan orangtua untuk mencari solusi terbaik. Pihak sekolah dan guru harus kreatif dalam menyusun materi, dimana anak akan bisa menjadi problem solver, mencari solusi-solusi terbaik dari permasalahan yang dihadapi.

Kunci keberhasilan dalam alternatif proses pembelajaran ini tentu saja komunikasi dan kerjasama yang baik antara pihak sekolah, guru, orangtua, dan siswa. Dengan demikian pendidikan untuk anak-anak tidak tertinggal dan tetap berkualitas, baik pengetahuan, karakter dan ketrampilan anak.

Pihak sekolah, guru dan orangtua harus selalu adaptif dan terbuka pada kebaruan dan selalu ingin belajar hal yang baru baik pengetahuan maupun ketrampilan. Pembelajaran on line tidak berarti guru dapat memberikan tugas yang menumpuk, melainkan juga harus mengajarkan karakter dan ketrampilan.

Kita harus melewati masa pandemi ini dengan menciptakan solusi-solusi terbaik, dan juga menciptakan rasa bahagia dalam diri sendiri dan lingkungan sekitar. Karena dengan kita merasa bahagia, maka kita bisa terhindar dari penyakit apapun.

"Kita bisa menunda untuk beberapa kegiatan, tapi kita tidak bisa melakukannya pada pentingnya pendidikan untuk anak-anak kita."

 

Balikpapan, 23 Juni 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun