Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Itu Hukum Karma?

26 Februari 2024   07:35 Diperbarui: 26 Februari 2024   07:46 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manokarma atau manodava berarti tindakan mental. Bila perbuatan batinnya jahat disebut kerusakan mano, ada 3 jenis: 1. Abhijjha: Berpikir dan fokus menginginkan barang orang lain. 2. Pikiran dendam dan jahat untuk merugikan orang lain. 3. Mischaditthi: salah berpikir, salah melihat

Agama Buddha menggunakan kata "hukum karma" sebagai "karma niyam" yang berarti kepastian karma, artinya karma yang timbul dari keputusan yang diambil akan ada hasilnya. Timbulnya akibat karma baik dan buruk. Namanya hukum determinisme dan  mempunyai aturan pasti. Oleh karena itu, ia menyebut aturan karma sebagai "Hukum Karma" seperti yang dikatakan Sang Buddha:

"Semua makhluk memiliki karmanya masing-masing. Pewaris karma Terlahir dengan karma; Ada karma sebagai suatu spesies. Memiliki karma sebagai perlindungan Karma dapat mengklasifikasikan makhluk menjadi buruk dan baik."  

Karma baik yang dilakukan mendatangkan pahala. Pahala yang timbul dari perbuatan baik yang dilakukan Ketika Anda telah mengumpulkan banyak pahala, maka pahala itu akan bertambah. Mempromosikan dan mendukung orang tersebut agar memiliki tubuh, ucapan, dan hati yang lebih murni dan cerah. Adapun karma buruk menimbulkan dosa yang jahat. Dosa jahat yang timbul dari perbuatan jahat yang dilakukan Ketika dosa-dosa tidak bajik sudah menumpuk banyak Ia meningkat hingga menjadi alat fermentasi untuk kekotoran batin.

Oleh karena itu, sebenarnya penyebab terjadinya krisis perilaku manusia adalah permasalahan krisis sosial dan masalah krisis ekonomi Jika kita kembali dan mempertimbangkan di mana letak masalahnya. Saat belajar, kami menemukan itu. "Akar penyebab semua masalah adalah manusia yang tidak memiliki pemahaman yang benar tentang dunia dan realitas kehidupan."

Hal ini mempunyai konsekuensi serius yang menyebabkan orang melakukan perilaku asusila. Sekalipun semua makhluk ibarat sahabat yang bernasib sama, yaitu berbagi penderitaan, kelahiran, usia tua, sakit, dan kematian, namun makhluk hidup bukanlah musuh satu sama lain. Hanya kekotoran batinlah yang menjadi musuh sebenarnya yang harus dilenyapkan dengan cepat dan tuntas, tanpa meninggalkan sisa. Untuk itu perlu dipelajari dan dipahami karma dengan jelas.

Saat ini, kata karma, wipaka, karma dan musuh bebuyutan  adalah kata yang telah digunakan sampai menjadi familiar. Namun hal ini hampir selalu digunakan secara negatif. Terutama kata karma Dalam ajaran Buddha, tidak ada kata untuk hal ini, yang ada hanyalah kata vera, yaitu tindakan mengikat karma untuk saling menghancurkan. Tidak ada seorang pun yang memiliki karma kita. Selain diri kita sendiri yang merupakan pemilik karma kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun