Di sinilah letak hakikat negara, yang jika dirumuskan, adalah suatu pribadi yang di dalamnya setiap individu dalam kelompok besar telah menjadikan dirinya sebagai pencipta tindakan-tindakan mereka melalui kontrak timbal balik satu sama lain; untuk tujuan menggunakan kekuatan dan sumber daya semua pihak sebagaimana dianggap perlu untuk perdamaian dan pertahanan bersama .
Pertanyaan tentang legitimasi; Â Penguasa pada akhirnya menerima kekuasaannya melalui rakyatnya. Tapi apa yang terlihat sebaliknya? Dari manakah penguasa mendapatkan legitimasi internalnya? Telah disebutkan sebelumnya: Bagi Hobbes, harga kedaulatan berarti kemampuan negara untuk melindungi warga negaranya (hubungan timbal balik dalam perlindungan dan ketaatan). Di sini Hobbes menciptakan titik ujian bagi legitimasi negara. Kriterianya: kemampuan penguasa untuk melindungi rakyatnya.
Filsafat hukum Hobbes adalah filsafat politik. Prinsip yang sama  berlaku di Republik Federal Jerman saat ini  pada dasarnya seperti yang dibayangkan Thomas Hobbes.Kembali  ke demokrasi. Negara yang menganut sistem demokrasi perwakilan. Apapun prinsip Hobbes: kekuatan individu dikumpulkan dan ditransfer ke sekelompok orang yang memberikan sesuatu sebagai imbalannya: perdamaian, keamanan di dalam dan di luar dan ketertiban. Semacam perjanjian negara. Dan di sela-sela pertanyaannya, apakah negara itu? Bisakah hal ini dijelaskan sekarang, setelah perjalanan hukum-filosofis;
Di sinilah letak hakikat negara, yang jika dirumuskan, adalah suatu pribadi yang di dalamnya setiap individu dalam kelompok besar telah menjadikan dirinya sebagai pencipta tindakan-tindakan mereka melalui kontrak timbal balik satu sama lain; untuk tujuan menggunakan kekuatan dan sumber daya semua pihak sebagaimana dianggap perlu untuk perdamaian dan pertahanan bersama
Namun kita harus berhati-hati terhadap penafsiran Hobbes yang terlalu luas: ketundukan tanpa syarat kepada negara demi perdamaian, keamanan dan ketertiban akan menghasilkan negara polisi, menuju pemerintahan absolut, yang menetapkan hukum (positif) bagi warga negara. Penyimpangan antara apa yang disebut hukum dan apa yang disebut hukum, dalam arti sempit, tidak dapat ditentang.
Bagi Laplace, masa depan akan jelas jika suatu kecerdasan mengetahui posisi semua partikel materi pada suatu titik waktu. Sebuah pandangan yang masuk akal. Hal ini mengingatkan pada filosofi alam emepdoclic, yang menyatakan semua elemen dasar, sebagai makhluk abadi, hanya menciptakan dunia yang dapat dialami dan diubah melalui rekombinasi. Konsepsi Laplacian adalah bentuk mekanisme yang lebih tinggi: determinisme .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H