Sekuelnya adalah kembalinya elemen-elemen yang berlawanan dari dunia ke padatan primordial di mana semuanya hidup berdampingan dalam suatu campuran. Dari sana, siklus waktu sekali lagi akan menandai dimulainya suatu arah yang baru. Anaximander, dengan skema ini, pada hakikatnya mencoba membuktikan dengan eksperimen mental  setiap kehidupan adalah kematian dan setiap akhir adalah permulaan. Cinta dan kematian, Hades dan Dionysus, seperti yang dikatakan Heraclitus kepada kita, adalah hal yang sama.
Tujuan utama Ontologi adalah menemukan esensi keberadaan dunia, makhluk, Wujud. Dalam kerangka konseptual ini, sifat-sifat individu makhluk hidup  dianalisis dengan hasil yang menarik. Semuanya dimulai dari alam. Manusia dan peradaban yang ia ciptakan dengan susah payah selama ribuan tahun keberadaannya yang bergejolak bergantung pada alam. Pandangan Parmenides  Wujud itu Satu, tidak dapat dibagi, tidak berubah dan berkesinambungan (Parmenides, On Nature) membuktikan  pada era Pra-Socrates para filsuf telah memahami kesatuan segala sesuatu yang tidak dapat dibagi. Pandangan ini dianut dan dilanjutkan oleh para filsuf Eropa Barat kemudian seperti Baruch Spinoza yang akan memperluasnya ke dimensi Panteisme  segala sesuatu adalah cerminan dari Yang Maha Esa, Tuhan  (Spinoza, 1677). Di Yunani pra-Socrates, Thales, pengajar aliran filsuf kosmologi Ionia, menyatakan  jiwa menyebabkan pergerakan dan karena batu magnet menggerakkan besi, maka magnet  memiliki jiwa (Aristotle,  On the Soul 405).
Pada era Pencerahan, Rene Descartes menyatakan secara singkat  mesin secara ontologis dapat disamakan dengan hewan (Descartes, 1637). Belakangan La Mettrie membuat kesejajaran antara tubuh dan ciri-ciri tertentu manusia dengan mesin. Bahkan, ia sendiri menerbitkan sebuah karya berjudul Man, a Machine yang secara efektif mengkarakterisasi manusia sebagai mesin yang tercerahkan (La Mettrie, 1747).
Oleh karena itu, manusia, hewan, dan mesin merupakan (dan akan menjadi) dalam penalaran filosofis bagian-bagian yang terkait dan saling bergantung dari satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Refleksi terhadap hakikat setiap makhluk, baik manusia, hewan, atau benda yang tidak termasuk dalam kaidah Biologi (kasus mesin) merupakan landasan untuk penyelidikan lebih lanjut terhadap sifat-sifatnya. Di sinilah muncul kaidah filosofis dan epistemologis yang mendasar: tidak ada yang dapat dikatakan tentang suatu hal jika konsep, esensi dari hal itu, tidak dipahami terlebih dahulu, Â setidaknya sejauh kemampuan berpikir manusia. Dalam pengertian ini, cabang Ontologi selalu memberikan kontribusi dan terus memberikan kontribusi yang paling besar baik terhadap ilmu-ilmu teoretis maupun terhadap ilmu-ilmu positif dan teknologi modern.
Citasi: Apollo
- The Oxford Companion to Philosophy edited by Ted Honderich
- The Cambridge Dictionary of Philosophy by Robert Audi
- The Routledge Encyclopedia of Philosophy (10 vols.) edited by Edward Craig, Luciano Floridi (also available online by subscription); or
- The Concise Routledge Encyclopedia of Philosophy edited by Edward Craig (an abridgement)
- Encyclopedia of Philosophy (8 vols.) edited by Paul Edwards; in 1996, a ninth supplemental volume appeared which updated the classic 1967 encyclopedia.
- Routledge History of Philosophy (10 vols.) edited by John Marenbon
- History of Philosophy (9 vols.) by Frederick Copleston
- A History of Western Philosophy (5 vols.) by W. T. Jones
- Encyclopaedia of Indian Philosophies (8 vols.), edited by Karl H. Potter et al
- Indian Philosophy (2 vols.) by Sarvepalli Radhakrishnan
- A History of Indian Philosophy (5 vols.) by Surendranath Dasgupta
- History of Chinese Philosophy (2 vols.) by Fung Yu-lan, Derk Bodde
- Encyclopedia of Chinese Philosophy edited by Antonio S. Cua
- Encyclopedia of Eastern Philosophy and Religion by Ingrid Fischer-Schreiber, Franz-Karl Ehrhard, Kurt Friedrichs
- Companion Encyclopedia of Asian Philosophy by Brian Carr, Indira Mahalingam
- A Concise Dictionary of Indian Philosophy: Sanskrit Terms Defined in English by John A. Grimes
- History of Islamic Philosophy edited by Seyyed Hossein Nasr, Oliver Leaman
- History of Jewish Philosophy edited by Daniel H. Frank, Oliver Leaman
- A History of Russian Philosophy: From the Tenth to the Twentieth Centuries by Valerii Aleksandrovich Kuvakin
- Angeles, P. A., (ed.) The Harper Collins Dictionary of Philosophy. New York, Harper Perennial, 1992.
- Ayer, A. J. et al. (ed.) A Dictionary of Philosophical Quotations. Blackwell Reference Oxford. Oxford, Basil Blackwell Ltd., 1994.
- Blackburn, S., (ed.) The Oxford Dictionary of Philosophy. Oxford, Oxford University Press, 1996.
- Bunnin, N. et. al., (ed.) The Blackwell Companion to Philosophy. Blackwell Companions to Philosophy. Oxford, Blackwell Publishers Ltd., 1996.
- Mauter, T., (ed.) The Penguin Dictionary of Philosophy. London, Penguin Books.
- Popkin, R. H. The Columbia History of Western Philosophy. New York, Columbia University Press, 1999.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H