Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Itu Parrhesia, Sebagai Etika Era Digital (2)

6 Desember 2023   21:03 Diperbarui: 9 Desember 2023   22:22 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya yakin, ontologi digital adalah perwujudan Wujud yang tersebar luas saat ini. Tapi apa maksudnya? Pengecoran atau pemahaman Wujud ini berakar pada metafisika Barat dan khususnya dalam prosedur pemisahan (chorizein)  atau abstraksi titik dan angka dari makhluk alami (physei onta)  sebagaimana dianalisis oleh Aristotle  dalam bukunya Fisika dan sebagian besar dibahas oleh Heidegger dalam kuliahnya Sophistes (Heidegger). Aristotle  mengkarakterisasi titik-titik mengingat ketidakbertempatannya (atopos)  meskipun posisinya (thetos)  sedangkan angka tidak mempunyai tempat dan posisi (athetos)  (Aristotle). Titik-titik dan struktur-struktur geometri yang diturunkan darinya serta angka-angka menjadikan makhluk hadir, sebagaimana dikatakan Heidegger, dalam cara yang berbeda, yaitu sebagai struktur geometris dan entitas aritmatika. Kontemplasi geometris mendapat tempat dalam persepsi (esthesi)  sedangkan aritmatika, sebaliknya, abstrak dari setiap dimensi dan orientasi inderawi. (Heidegger)

Entitas geometris dapat diperlakukan dalam otonominya sendiri sejauh mereka terpisah dari wujud fisik. Salah satu penemuan utama Heidegger sehubungan dengan pertanyaan tentang Wujud adalah bagi metafisika, pengertian Wujud adalah kehadiran. Karena kehadiran   bersama dengan masa lalu dan masa depan   adalah dimensi waktu, maka waktu adalah cakrawala tersembunyi dari penafsiran metafisik Wujud. 

Menurut Heidegger, metafisika melupakan temporalitas dalam tiga dimensi penuhnya dengan hanya berpegang pada pengertian kehadiran satu dimensi atau kehadiran berdiri di tangan. Jika pengecoran Wujud secara digital dengan hanya berpegang pada rasa kehadiran satu dimensi melupakan pertanyaan tentang Wujud dalam tiga dimensi penuhnya, maka ia berubah menjadi metafisika digital. Oleh karena itu, perbedaan antara ontologi digital dan metafisika digital, dengan mengikuti teori ini, penting jika kita ingin menghindari posisi teoretis dogmatis dan konsekuensi etisnya.

Dalam kerangka teknologi digital saat ini, titik dan angka dapat dikatakan terbentuk dalam media elektromagnetik. Hal ini tidak hanya berarti penciptaan makhluk digital, namun yang lebih mendasar adalah penafsiran semua makhluk sebagai makhluk digital dan representasi mereka yang tidak ada dunia sebagai kehadiran yang berdiri di depan mata. Rumusan George Berkeley mengenai hakikat objek ilmu pengetahuan yaitu Their esse is percipi  (Berkeley) harus dirumuskan kembali menjadi to be is to be digital atau their esse is computari. Namun pernyataan ini tidak berarti benda-benda sekarang dianggap terbuat dari angka biner atau hanya bit yang berbeda dari atom (Negroponte).    

Revolusi informasi sangat mempengaruhi apa yang dilakukan para filsuf, cara mereka memikirkan permasalahannya, permasalahan apa yang mereka anggap patut mendapat perhatian, cara mereka mengkonseptualisasikan pandangan mereka, dan bahkan kosakata yang mereka gunakan (Luciano Floridi)

Penting untuk ditekankan dengan mempertimbangkan konsep ontologi seperti yang telah dijelaskan, revolusi informasi tidak hanya menyangkut pengaruh komputasi dan informasi (digital) terhadap filsafat tetapi pandangan luas yang saat ini kita yakini kita memahami berbagai hal. dalam keberadaan mereka sejauh kita mampu mendigitalkannya.

Dan tidak mengklaim semua umat manusia atau bahkan kelompok tertentu, katakanlah, semua ilmuwan komputer atau semua filsuf berpikir atau bahkan menjalani kehidupan sehari-hari mereka secara eksplisit dalam kerangka ini atau mereka secara teoritis setuju dengan kerangka ini. Dugaan saya berkaitan dengan persepsi ontologi digital dalam bentuk metafisika digital meresap dalam pengertian sepele masyarakat kita secara keseluruhan termasuk metode ilmiah dan refleksi filosofis kita. Ini adalah  Zeitgeist.

Panduan Blackwell yang telah disebutkan serta fenomena kompleks jaringan dan masyarakat digital yang dibahas misalnya oleh Sosiolog Manuel Castells dalam bukunya yang berpengaruh tentang era informasi,   yakin, merupakan tanda-tanda jelas hipotesis ini beralasan (Castells). Dan  sekarang berargumentasi untuk mendukung penafsiran ontologis dan bukan penafsiran metafisik atas pengecoran digital Wujud yang memungkinkan kita merelatifkannya. Dalam teori seperti ini yang menghindari titik buta metafisika dan menganggap Wujud sebagai ruang tak bertanda keberadaan manusia, pengecoran digital Wujud dapat ditafsirkan bukan sebagai semacam Pythagoreisme digital tetapi sebagai kemungkinan pengecoran dunia. (by Apollo, 2010)

Citasi:

  • Aristotle.,1984, Nicomachean Ethics, W.D. Ross (trans.), revised by J.O. Urmson, in The Complete Works of Aristotle, The Revised Oxford Translation, vol. 2, Jonathan Barnes (ed.), Princeton: Princeton University Press, 1984.
  • Cooper, John M. (ed.), 1997, Plato: Complete Works, Indianapolis: Hackett.
  • Fine, Gail (ed.), 1999, Plato 1: Metaphysics and Epistemology, Oxford: Oxford University Press.
  • Foucault, Michel., The Courage of Truth: The Government of Self and Others II; Lectures at the College de France, 1983-1984 (Michel Foucault Lectures at the College de France, 11), 2012
  • Gregor, M. (ed.), 1996, Practical Philosophy, Cambridge: Cambridge University Press.
  • Guyer, P. (ed.), 2000, Critique of the Power of Judgment, Cambridge: Cambridge University Press.
  • __ 1992, The Cambridge Edition of the Works of Immanuel Kant, Cambridge: Cambridge University Press
  • Haidegger, Martin, Being and Time, translated by J. Macquarrie and E. Robinson. Oxford: Basil Blackwell, 1962 (first published in 1927).
  • __., Kant and the Problem of Metaphysics, translated by R. Taft, Bloomington: Indiana University Press, 1929/1997;
  • Locke, J. 1689, An Essay Concerning Human Understanding, in P. Nidditch (ed.), An Essay Concerning Human Understanding, Oxford: Clarendon Press, 1975.
  • Miller, Jon (ed.), 2011, Aristotle’s Nicomachean Ethics: A Critical Guide, Cambridge: Cambridge University Press.
  • Reeve, C.D.C., 1992, Practices of Reason: Aristotle’s Nicomachean Ethics, Oxford: Oxford University Press;
  • White, Nicholas P., 1976, Plato on Knowledge and Reality, Indianapolis: Hackett.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun