Perlu ditekankan, meskipun jelas terdapat hubungan positif antara agama dan spiritualitas serta kesejahteraan psikologis dan fisik, namun tidak jelas mengapa hal-hal tersebut ada. Alasannya terletak pada kenyataan  agama adalah fenomena sosial yang kompleks dan memiliki banyak segi, dengan unsur budaya, emosional, sosiologis, psikologis, dan lain-lain yang dapat mempengaruhi manusia dalam banyak cara. Namun, data ilmiah dan sejarah, serta pengalaman jutaan orang di masa lalu dan masa kini, dengan jelas menunjukkan  agama tidak merugikan umat manusia, melainkan memberikan manfaat yang signifikan bagi kesehatan.
Dalam studi demografi ekstensif yang dilakukan oleh Pew Research Center  mengenai masa depan agama-agama dunia, jumlah ateis atau mereka yang mengaku tidak menganut agama apa pun, yang disebut "nones," meningkat secara global. Di Amerika Utara dan Eropa terdapat kelompok terbesar kedua setelah Kristen. Jumlah penduduk yang tidak menganut agama apapun pada tahun 2010 kurang lebih berjumlah 1,1 miliar jiwa dan diperkirakan pada tahun 2040 akan mencapai 1,2 miliar jiwa dan kemudian sedikit menurun. Ia  mencatat  "penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh usia lanjut dan rendahnya kesuburan orang-orang yang tidak beragama di seluruh dunia dibandingkan dengan kelompok agama lain." Menurut laporan ini, tiga negara dengan jumlah penganut agama tidak beragama terbesar adalah Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat, diikuti oleh kelompok terbesar di Eropa.
Kami mendalilkan  faktor penentu peningkatan non-afiliasi agama adalah meningkatnya sekularisme dan revolusi budaya liberal yang telah sepenuhnya memasuki budaya politik, industri komunikasi, dan dunia akademis. Sekularisasi adalah hilangnya nilai-nilai, perilaku khas suatu agama atau transformasi dari gerejawi menjadi sekuler. Mulai abad ke-21, sekularisme meningkat secara umum dan progresif, suatu pertumbuhan yang dikaitkan dengan hilangnya kredibilitas atau penerimaan agama Kristen secara progresif. Secara signifikan, peningkatan jumlah orang yang tidak berafiliasi dengan denominasi agama disebabkan oleh sekularisme dan bukan karena dampak negatif dari agama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI