Dalam kondisi modern yang menerapkan jarak antar individu, indra penciuman umumnya menjadi "indera disosiatif" (Simmel, 1907). Inilah sebabnya Simmel tanggap dalam mengakui  membangun bentuk-bentuk hubungan negatif dapat dilakukan berdasarkan persepsi penciuman. Dalam referensi penulis, bentuk-bentuk hubungan melalui penciuman memperkuat asimetri seperti yang dapat dibangun secara ras (antara kulit putih dan kulit hitam), secara etnis dan budaya (antara Yahudi dan Jerman) atau melalui kelas sosial (misalnya antara pekerja dan intelektual).
Di sisi lain, kemungkinan untuk menutupi bau dan menghilangkan bau badan dan lingkungan dapat dilakukan dengan parfum. Itulah sebabnya bagi Simmel "parfum memenuhi misi yang sama, melalui penciuman, sebagai hiasan melalui penglihatan" (Simmel, 1907). Sama seperti tingkat stilisasi pakaian yang ekstrim dapat dicapai, seperti yang ditunjukkan dalam "Aesthetics of Gravity" ([1901] 2000) dan "Philosophy of Fashion" (1904), penggunaan parfum juga merupakan " tipikal fenomena stilisasi", dimana yang dicari adalah menjalin bentuk-bentuk hubungan berdasarkan kesenangan bahkan kemampuan bersosialisasi ( Geselligkeit ).
Simmel menetapkan refleksi tentang "pengertian genetik" yang mengacu pada sensualitas, memahami bagaimana kesan sensorik tertentu dan kontak terus-menerus antar manusia menghasilkan hasrat. Mengingat kemungkinan terjadinya kontak fisik dan seksual di luar angkasa, masyarakat mengatur hidup bersama antar kerabat. "Kontak sensual yang dekat" (Simmel, 1907) diatur sejauh konvensi tertentu ditetapkan antara jenis kelamin yang berubah secara historis dan budaya, seperti "larangan Islam melihat wajah perempuan lain yang tidak jadilah mereka yang tidak dapat dinikahi seseorang" (Simmel, 1907).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H