Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Freud Psikoanalisis Agama (11)

2 September 2023   21:54 Diperbarui: 2 September 2023   22:08 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri/Freud Psikoanalisis Agama (11)

Freud Psikoanalisis Agama (11)

Apa pengaruh agama terhadap kehidupan seseorang; Psikoanalis Carl Gustav Jung menegaskan pentingnya hal ini dan mengatakan  hilangnya keyakinan bahkan dapat berarti asal mula penyakit mental, sementara keaslian menghasilkan keseimbangan. Namun perspektif Freudian dalam diskusi tentang agama dan Tuhan hanyalah hal lain. Kita bisa menyoroti Sigmund Freud sebagai pejuang perspektif seperti itu, karena kita tahu  baginya agama dipandang sebagai ilusi dan lelucon.

Namun atas dasar apa Freud menyatakan hal ini? Berdasarkan penelitian terhadap beberapa tema teori psikoanalitiknya, seperti Oedipus Complex dan neurosis, dapat memahami dasar kritiknya. Oleh karena Freud Psikoanalisis Agama (11) untuk menjelaskan apa itu dan dasar-dasarnya mengambil dasar esai "Masa Depan Ilusi" untuk karya tersebut.

Ada dua jalur yang berpotongan dalam proses kebudayaan ini. Yang pertama adalah kemampuan untuk mendominasi kekuatan alam demi kepuasan seseorang dan yang kedua terjadi pada institusi yang mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan. Saling ketergantungan ini terjadi karena tiga alasan, yaitu: kepuasan impuls, perenungan hubungan dengan orang lain sebagai aset, baik melalui tenaga kerja atau pada tingkat seksual dan, ketiga, karena setiap orang adalah musuh budaya.

Freud menilai, meskipun individu tidak dapat bertahan hidup sendirian, budaya dan kehidupan sosial sulit bagi mereka. Padahal, setiap orang mempunyai keinginannya masing-masing yang bila dijalani bersama harus ditekan agar tidak menimbulkan penolakan dan pemberontakan di ranah sosial. Menurutnya, kebudayaan tampaknya diberikan sebagai sesuatu yang dipaksakan kepada semua orang oleh kelompok minoritas, sehingga sulit untuk dimusnahkan; dan jika budaya sulit diasimilasi, maka kesalahannya terletak pada ketidaksempurnaan berbagai jenis budaya yang ada.

Dan mengatakan  "seseorang harus memperhitungkan fakta  pada semua manusia terdapat kecenderungan destruktif, yaitu antisosial dan antikultural, dan  pada banyak orang kecenderungan tersebut cukup kuat untuk menentukan perilakunya. masyarakat manusia"). Ia  menyatakan  setiap budaya muncul dari pemaksaan untuk bekerja dan pemenjaraan dorongan hati.

Hal ini kemudian membawa manusia keluar dari keadaan alamiahnya, yang egois dan impulsif, untuk menghilangkan tahap utama manusia dan membentuknya menuju kehidupan sosial   tantangan terbesarnya. Setiap orang dilahirkan dengan keinginan seperti kanibalisme, inses, atau keinginan untuk membunuh, yang bagi neurotik merupakan hal yang dapat diasosiasikan dan bagi masyarakat, menjijikkan. Jadi, kita telah mengakui  telah terjadi kemajuan moral melalui kebudayaan menuju pelestarian kehidupan. Mengenai hal ini, Freud akan mengatakan  bahkan seorang tiran yang menolak budaya dengan segala cara akan setuju dengan setidaknya satu hukum: Jangan membunuh!

Menurut Freud, "betapa tidak bersyukurnya, betapa piciknya keinginan untuk menghapuskan kebudayaan!" karena, jika demikian, manusia akan kembali ke keadaan alami di mana aturannya hanya mengikuti kepunahan egois dan seksualnya sendiri. Dalam pengertian ini, ia akan berbicara tentang peran agama, bukan sebagai sesuatu yang transenden, melainkan sebagai alat yang menjamin masyarakat, dalam wacana tentang sesuatu yang ilahi, yang baginya merupakan lelucon, ketertiban, dan pengalaman sosial yang besar. Kita akan membahasnya pada topik berikut.

Mengamati agama, Freud menyoroti aspek penting yang perlu diperhatikan: Agama sebagai neurosis. Baginya, pengalaman represi muncul dari penyimpangan terhadap apa yang dipandang sebagai naluri alamiah manusia, yang dipahami sebagai dorongan seksual, untuk memaksanya mengekspresikan dirinya dengan cara lain yang kurang primer atau untuk menekan hasratnya yang paling intim, yaitu seringkali tercela, yang dapat menyebabkan neurosis, karena tertahannya emosi.

"Di dalamnya, disosiasi kesadaran (fenomena mendasar yang membuka pintu psikoanalisis) memungkinkan kita menemukan proses yang disebut penyimpangan kehendak oleh Freud. Artinya, suatu keinginan yang tidak disadari, yang berasal dari orang yang tertindas, memaksakan dirinya pada keinginan dan keinginan sadar dari subjeknya";

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun