Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Buya Syakur antara Hermeneutika dan Psikoanalitik

25 Juli 2023   18:26 Diperbarui: 26 Juli 2023   14:12 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: Wartawan Tribun Jabar, Ahmad Imam TribunJabar.id 

Kh. Buya Syakur antara Hermeneutika interpretasi psikoanalitik

Prof. Dr. K. H. Abdul Syakur Yasin, MA. (lahir 02 Februari 1948), dikenal sebagai Buya Syakur, adalah seorang ulama Indonesia dan pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Cadangpinggan.  Masa pendidikan Syakur dari kecil hingga dewasa kebanyakan dihabiskan di pondok pesantren. Ia secara intensif belajar di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon. Pengalamannya belajar di pesantren membuat Syakur mahir berbahasa Arab. Kemahirannya inilah yang mendukung Syakur kemudian dalam menerjemahkan kitab-kitab bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.

Setelah menyelesaikan pendidikan di Babakan, pada tahun 1971, Syakur melanjutkan pendidikan di Kairo, Mesir. Ketika menjadi mahasiswa di Kairo, Syakur pernah diangkat sebagai Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Kairo. Syakur menyelesaikan pendidikannya di Kairo dengan skripsi sarjananya yang berjudul "Kritik Sastra Objektif Terhadap Karya Novel-Novel Yusuf As-Siba'i (Novelis Mesir)".

Pada tahun 1977, Syakur menyelesaikan pendidikan Ilmu Al-Qur'an di Libya. Pada tahun 1979, ia menyelesaikan pendidikan sastra Arab. Pada tahun 1981, ia menyeselesaikan pendidikan magisternya dalam bidang sastra linguistik di Tunisia. Setelah itu, ia sempat diangkat sebagai staf ahli di Kedutaan Besar Tunisia. Pada tingkat doktoral, Syakur mengambil kuliah di London dengan konsentrasi dialog teater dan lulus pada tahun 1985. Dengan demikian, ia menghabiskan waktu 20 tahun untuk belajar di Afrika dan Eropa.

Pada tahun 1991, Syakur kembali ke Indonesia bersama Abdurrahman Wahid, Quraish Shihab, Nurcholis Majid, dan Alwi Shihab. Sejak saat itu, ia fokus untuk berdakwah di kampung halamannya, di Indramayu. Ia kemudian mendirikan Yayasan Pondok Pesantren Cadangpinggan pada tahun 2000 dan pondok pesantrennya pada tahun 2006. Selain membaktikan diri lewat pondok pesantren, Syakur juga sering mengisi kajian-kajian masyarakat, sebagian dari kajian-kajian tersebut diunggah melalui media sosial.

Tulisan ini adalah hasil diskursus mandiri saya (Prof Apollo_kompasiana) setelah menoton youtube dan keterangan ceramah beliau diberbagai tempat, dan kemudian di telahaan secara akademik bagiaman Buya Syakur dalam memahami teks agama, budaya, dan humanisme secara universal.

Pertama. Secara umum pendapat saya Prof Buya Syakur diyakini sudah memahami kajian psikoanalisis  membenamkan diri dalam teks-teks Sigmund Freud untuk memahami berbagai aspek disiplin, bahkan untuk menyelidiki masalah yang tidak secara langsung ditangani oleh Psikoanalisis. Demikian pula, ahli hukum secara mendalam mempelajari hukum dan teks hukum lainnya, seperti perjanjian, keputusan pengadilan, dan konstitusi untuk mencapai interpretasi yang tepat dari norma hukum yang terkandung dalam teks tersebut. 

Untuk bagian mereka, para mahzab agama-agama terutama Islam dan teks-teks agama lainnya untuk menafsirkan ajaran yang terkandung dalam teks-teks tersebut dan memajukan pengetahuan tentang topik-topik agama. Kritikus sastra menavigasi teks sastra untuk menafsirkan, menjelaskan, dan mengomentarinya.

Meskipun penafsiran teks sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, karena, misalnya, sebagian besar karya tentang metodologi penelitian tidak mempelajari cara disiplin ini menafsirkan teks. Arus dominan menekankan aspek yang berbeda dari model ilmiah dan berbagai adaptasi dan transformasi yang telah dialaminya dalam beberapa dekade terakhir, tanpa mendalami refleksi atas investigasi yang memiliki teks sebagai objek kajiannya.

Baik metode penelitian Ilmu Pengetahuan Alam maupun metode Ilmu Sosial -bahkan dalam perspektif kualitatif- seringkali sempit bagi penyelidikan yang objek utamanya adalah penafsiran teks, seperti penyelidikan tertentu dalam Psikoanalisis, Hukum, Teologi dan Kritik Sastra, dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun