Bagi banyak penulis, situasi post-truth merepresentasikan situasi postmodern yang luar biasa. Referensi sering dibuat untuk karya Bruno Latour dan Zygmunt Bauman atau studi yang lebih baru tentang efek virtualitas. Tetapi sikap pasca-faktual, yang menuduh fakta dan realitas hanya melayani kesewenang-wenangan dan manipulasi semata,  menunjukkan kesejajaran yang luar biasa dengan asumsi konstruktivis dalam ilmu sosial. Paralel teoretis ini akan diperiksa secara lebih rinci. Perdebatan akademik tentang objektivitas "fakta ilmiah" dan kekuatan sosial yang terkait dengan objektivitas ini  harus diperiksa lebih dekat dalam konteks ini.
Last but not least, tinjauan sejarah  akan bermanfaat. Ini menunjukkan sejauh mana konsekuensi genting pasca-kebenaran yang jelas atau awalnya hanya diantisipasi untuk politik demokrasi telah membentuk pendahulu sejarah. Paradoksnya, meskipun akar pasca-kebenaran postmodern bersifat anti-totalitarian, post-truth yang sama  memiliki pendiri bersama yang totaliter.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H