Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Heidegger, Apa Itu Pandangan Dunia (4)

30 Mei 2023   11:32 Diperbarui: 30 Mei 2023   11:58 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Heidegger, Apa Itu Pandangan Dunia (4)

Penerapan prinsip rasionalitas pada segala sesuatu sebenarnya adalah idealisme. Akal dianggap sebagai pusat spiritual alam semesta, dan pengaruhnya sebagai hal yang membuat dunia berputar. Semuanya diterangi oleh sinarnya yang menembus segalanya. Ini adalah alasan yang membimbing dunia. Bagi Hegel idealis objektif, seperti halnya bagi Plato, seluruh alam semesta adalah makhluk hidup yang berpikir, yang bagian-bagiannya mengandung jejak-jejak keseluruhan yang tak terlihat.

Demikianlah akar epistemologis dan psikologis dari idealisme. Akar sosialnya terletak pada pemisahan mental dari kerja fisik dan imbangan yang pertama dengan yang kedua dan  dalam penampilan eksploitasi. Muncullah elit sosial, yang memahami gagasan  ide, akal harus diprioritaskan dalam kehidupan masyarakat sementara kerja fisik harus dianggap sebagai budak. Kecenderungan untuk melebih-lebihkan prinsip intelektual dalam kehidupan ini meluas ke seluruh alam semesta. Pendekatan seperti itu diperkuat oleh kepentingan kelas elit penguasa. Proposisi-proposisi idealis saling berkait dan bahkan kadang berhimpitan dengan agama yang mendesak manusia untuk tunduk.

Idealisme terkait dengan agama dan, secara langsung atau tidak langsung, memberikan ekspresi dan pembuktian teoretisnya. Di atas idealisme selalu ada ide tentang tuhan. Idealisme subyektif, yang dipaksa untuk tidak konsisten dalam mempertahankan prinsip-prinsipnya, memungkinkan keberadaan tuhan yang obyektif. Akal universal kaum idealis objektif pada dasarnya adalah nama samaran filosofis untuk tuhan: akal tertinggi mengandung dirinya dalam ciptaannya. Pada saat yang sama akan menjadi vulgarisasi untuk mengidentifikasi idealisme dengan agama. Idealisme filosofis bukanlah agama melainkan jalan menuju agama melalui salah satu bentuk proses kompleks pengetahuan manusia. Mereka adalah cara berbeda untuk menyadari dunia dan membentuk sikap terhadapnya.

Citasi:

  • Heidegger, Martin,.An Introduction to Metaphysics, translated by R. Manheim, New York: Doubleday, 1961.
  • __.,Becoming Heidegger: On the Trail of His Early Occasional Writings, 1910/1927, T. Kisiel and T. Sheehan (eds.), Evanston, IL: Northwestern University Press, 2007.  
  • __.,Being and Time, translated by J. Macquarrie and E. Robinson. Oxford: Basil Blackwell, 1962 (first published in 1927).
    __., Contributions to Philosophy (From Enowning), translated by P. Emad and K. Maly, Bloomington: Indiana University Press, 1999.
  • __., History of the Concept of Time, translated by T. Kisiel, Bloomington: Indiana University Press, 1985.
  • __.,Kant and the Problem of Metaphysics, translated by R. Taft, Bloomington: Indiana University Press, 1929/1997
  • Crowell, S. Galt, 2001, Husserl, Heidegger, and the Space of Meaning: Paths Toward Transcendental Phenomenology, Evanston: Northwestern University Press.
  • Crowell, S. Galt. and Malpas, J. (eds.), 2007, Transcendental Heidegger, Stanford: Stanford University Press.
  • Dreyfus, H. L., 1990, Being-in-the-World: A Commentary on Heidegger's Being and Time, Division I, Cambridge, Mass.: MIT Press.
  • Gelven, M., 1989, A Commentary on Heidegger's Being and Time, Revised Edition, De Kalb: Northern Illinois University Press.
  • Kant, I., 1781, Critique of Pure Reason, translated by P. Guyer and A. Wood, Cambridge: Cambridge University Press, 1999.
  • Olafson, F., 1987, Heidegger and the Philosophy of Mind, New Haven: Yale University Press.
  • Polt, R., 1999, Heidegger: an Introduction, London: Routledge.
  • Ratcliffe, M., 2008, Feelings of Being: Phenomenology, Psychiatry and the Sense of Reality, Oxford: Oxford University Press.
  • Stiegler, B., 1996, Technics and Time, 2: Disorientation, translated by Stephen Barker, Stanford, Stanford University Press, 2003.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun