Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Wahyu Makutoromo Presiden 2024, Diskursus Kejawen (1)

15 Januari 2023   21:29 Diperbarui: 15 Januari 2023   21:47 2814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Potensi Kandindat Presiden 2024 berdasarkan Neptu Wahyu Makutoromo;

Letnan Jenderal TNI H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo adalah seorang politisi, pengusaha, dan perwira tinggi militer Indonesia. Ia menempuh pendidikan dan jenjang karier militer selama 28 tahun sebelum berkecimpung dalam dunia bisnis, politik dan pemerintahan.   Kelahiran: 17 Oktober 1951 (usia 71 tahun), Pasaran Rabu Pon,  jumlah Neptu 14.

 Pak Ganjar Pranowo dilahirkan dari keluarga sederhana di sebuah desa di lereng Gunung Lawu, Karanganyar dari ayah bernama Parmudji Pramudi Wiryo dan ibu bernama Sri Suparni. Lahir dengan nama Ganjar Sungkowo, ia merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Ganjar lahir 28 Oktober 1968. Pasaran, Senin Wage,  jumlah Neptu 8.

 Pak H. Anies Rasyid Baswedan, S.E., M.P.P., Ph.D. adalah akademisi, aktivis sosial, dan politisi Indonesia. Setelah mengenyam pendidikan di bidang ilmu politik, Anies berkarier sebagai akademisi. Ia menjabat sebagai Rektor Universitas Paramadina selama delapan tahun. Kelahiran: 7 Mei 1969 (usia 53 tahun), Pasaran, Rabu Kliwon, jumlah Neptu 15.

 Ibu Dr. Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi, S.Sos. adalah politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang kini menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia periode 2019--2024. Kelahiran: 6 September 1973 (usia 49 tahun), Pasaran Kamis Pon,  jumlah Neptu 15.

Pak Dr. Ir. Airlangga Hartarto, M.B.A., M.M.T., IPU. adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia periode 2019-2024 pada Kabinet Indonesia Maju Presiden Joko Widodo-K.H Ma'ruf Amin dan Ketua Umum Partai Golkar. Kelahiran: 1 Oktober 1962 (usia 60 tahun), Surabaya, Airlangga Hartarto Pasaran Sabtu Kliwon, jumlah Neptu, 17.

 Lalu dari kategori Pasaran Neptu yang ada, dan catatan sejarah siapa kira-kira yang diberikan oleh Wahyu Makutoromo Presiden 2024 menjadi RI 1. Tentu saja penjelasan ini mungkin lebih ke meta estetika sebagaimana dalam epos wayang atau pakem pedalangan yang berupa panduan teknis bagi calon dalang yang berisi petunjuk penggunaan bahasa, gending, suluk, dan balungan lakon, ntuk menghasilkan Mimesis Leadership dalam studi filsafat Jawa. Saya sebagai perancang kurikulum Leadership Jawa sudah meneliti beberapa kemungkinan seni memahami bagaimana Wahyu Makutoromo dalam studi batiah Jawa Kuna atau Kejawen.

Ingat dalam kekusaan Jawa maka ada dua ciri utama yakni [1] tipe Bagong dianggap sebagai orang yang lancang mulut dan sering mengkritik pemerintahan biasanya di alienasikan, dan dihilangkan tidak boleh ekstrim; [2] gaya Jawa adalah berkarakter memangku (modern menyebutnya gaya women leadership) kemudian dengan nilai ini  sebagaimana kategori catur, sabet, dan karawitan pakeliran melalui tiga gerak, kemudian memastikan pemimpin yang menerima Wahyu Makutoromo memiliki "wis jejeg uripe", sudah lurus hidupnya, sudah bertanggung jawab, sudah berumah tangga (memiliki keluarga). Maka dengan cara ini metafora Wangsit menunjukkan  bersamaan dengan turunnya Wahyu Cakraningrat, turun pula Wahyu Widayat yang merasuk ke badan Dewi Utari. Apa maknanya?

 Metafora epos Semar berkata : "Kula Aturi Paring Dhawuh Dhateng Kula"., Kalih malih Den, butuh Sampyan niku napa? Ajeng bagus, sinten kaya nDika; ajeng butuh sugih, boten kurang bandha; ajeng butuh kasektn, boten kurang kaluwihan"....

Hal ini adalah meta narasi menggambarkan dua hal antara Bentuk dan Isi {antara Capres dan  Wahyu Makutoromo} adalah sepasang penentuan yang sangat sering digunakan oleh batin pikiran reflektif Kejawen, terutama sedemikian rupa sehingga isinya dianggap sebagai yang esensial dan independen, sedangkan bentuk dianggap sebagai yang tidak esensial dan bergantung. Esetika bentuk adalah sarana ekspresif dan artistik, maka bersama dengan isinya, apa yang diwakilinya, mereka membentuk satu kesatuan yang tak terpisahkan. Keterpisahan dunia fenomenal adalah totalitas dan terkandung sepenuhnya dalam hubungannya dengan dirinya sendiri. Hubungan penampilan dengan dirinya sendiri dengan demikian sepenuhnya ditentukan, memiliki bentuk dalam dirinya sendiri dan, karena dalam identitas ini, sebagai keberadaan yang hakiki. Jadi bentuk adalah isi dan, menurut determinasi yang dikembangkannya, hukum penampakan. Penampilan negatif, yang bergantung dan dapat diubah, jatuh ke dalam bentuk yang tidak tercermin dalam dirinya sendiri itu adalah bentuk eksternal yang acuh tak acuh [Wahyu Makutoromo]. Berkenaan dengan kontras antara bentuk dan isi, penting untuk diingat  isi Wahyu bukanlah tanpa bentuk, tetapi memiliki bentuk itu sendiri seperti halnya sesuatu di luarnya.

Ada penggandaan bentuk, yang satu waktu sebagai isi tercermin dalam dirinya sendiri, waktu lain sebagai wujud luar yang acuh tak acuh terhadap isi dan tidak tercermin dalam dirinya sendiri. Dengan sendirinya hubungan mutlak antara isi dan bentuk hadir di sini, yaitu pengubahan yang sama menjadi satu sama lain, sehingga isi tidak lain adalah pengubahan bentuk menjadi isi [Wahyu Makutoromo], dan bentuk apa   selain mengubah konten menjadi bentuk. Pembalikan ini adalah salah satu penentuan yang paling penting. Tapi ini hanya dikemukakan dalam hubungan absolut. Atau dalam Kejawen berupa kepercayaan masyarakat Jawa terhadap pulung. Ada kepercayaan, sebelum menjalankan titah, pemimpin desa memperoleh seberkas cahaya biru dari langit yang meluncur ke samping atau mengenai rumahnya;

Jumlah Neptu dan Pasaran (1. Paing = Jenar. 2. Pon = Palguna. 3. Wage = Cemengan. 4. Kliwon = Kasih. 5. Legi = Manis_ adaplah kondisi sosial dijelaskan dengan kategori "isi" dan "bentuk". Oleh  karena itu kita akan memikirkan kategori-kategori ini kecocokan dengan pola jatuhnya Wahyu Makutoromo;  dan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun