Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Wisanggeni

20 November 2022   23:31 Diperbarui: 20 November 2022   23:35 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wisanggeni.

Memasuki kota melalui laut lepas
aku melihat binatang besar itu: makhluk merahnya
Aku masuki cahaya tinggi dengan cinta tinggi
Aku masuk dan mendapati diriku menderita
Matahari putih-merah di dalam diriku
tumbuh dan tidak tumbuh tanpa henti
dan jiwa dengan gerombolan panas
membara dan kurenungkan itu berderak


Membakar rahasia paling besar di
sekujur tubuhku dalam nyala api yang hidup Kulihat mengambang
dan di tengah kesunyian dan rasa sakit
ia tenggelam dan dibingungkan dengan garam:
memasuki kota dengan cinta tinggi
memasuki kota melalui laut lepas

Dan aku melihat kamu   kalah pada hari ketiga
bereinkarnasi sebagai lembu jantan, babi atau domba jantan
dan bervegetasi sebagai hewan di bumi
untuk menjadi daging dijual pasar dan  toko daging.

Getaran air membuat burung gagak memutih
dan kamu tidak bisa lagi melupakan kulit yang menempel ke dinding
karena runtuh hancur dalam puing-puing
Aku melihat kubah
sungai oranye berpendar merumput jembatan hamil
melahirkan di tengah kesunyian
Warna nyaring merobek
jantung-mu sebagai objeknya sendiri:
merah darah, merah muda leukemia,
luka lilin penyegel , dibuat gila oleh api,tapi justru menghidupkan Wisanggeni
Minyak merobek jari kaki mu, Candradimuka bukannya membunuh

Wisanggeni menemukan kursi-kursi membentur jendela yang
melayang dalam gelombang mata
gedung-gedung cair terlihat menetes
ke bawah batang pohon tanpa kepala
dan di antara bimasakti dan kerang
matahari atau babi bercahaya
memercik di kolam surgawi

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun