Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kritik Keadilan Perpajakan (6)

11 Oktober 2022   13:46 Diperbarui: 11 Oktober 2022   13:52 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hukum Willie-Sutton, meskipun secara umum benar dan meyakinkan, pada akhirnya tidak sepenuhnya memuaskan. Karena jika dipikir secara logis, undang-undang ini seharusnya menuntut agar pemerintah yang paling banyak memajaki orang kaya memiliki alternatif paling sedikit untuk pembiayaan negara, baik melalui pajak pertambahan nilai umum, pendapatan dari perusahaan negara (pos, telepon atau sumur minyak). Tapi data tidak menunjukkan itu.

Fenomena data dan grafik beban pajak dan keringanan bagi orang kaya di semua negara besar, segera terlihat  tarif pajak melonjak tajam di masa perang. Sementara tarif pajak penghasilan tertinggi di Amerika Serikat sebelum Perang Dunia I hanya 7 persen, setelah Amerika memasuki perang pada tahun 1917, tarif naik hingga setinggi 77 persen. Selain itu, pajak warisan diperkenalkan, yang sudah ada selama perang saudara tetapi kemudian dihapuskan.

Hal yang sama dapat dilihat di negara-negara berperang lainnya dan terulang lagi selama Perang Dunia Kedua. Ketika Inggris memperkenalkan pajak penghasilan progresif pada tahun 1907, tarif tertinggi adalah 8,3 persen. Tetapi pada tahun 1915 pajak penghasilan telah meningkat menjadi 17,5 persen dan pajak warisan menjadi 20 persen. Pada akhir Perang Dunia Pertama, pajak penghasilan untuk orang Inggris telah mencapai 60 persen. Pada akhir Perang Dunia Kedua, Amerika, Inggris dan Italia mengambil antara 80 dan 100 persen pendapatan dari orang kaya mereka.

Mengapa Swiss memiliki pajak yang rendah

Pemeriksaan silang juga berhasil: negara-negara yang tidak terlibat atau hanya terlibat secara tidak langsung dalam perang abad ke-20, seperti Swiss, mencatat kenaikan tarif pajak yang moderat namun tidak tiba-tiba selama seluruh periode. Inilah sebabnya mengapa tarif tertinggi pajak federal progresif di Swiss masih rendah 11,5 persen (walaupun ada juga pajak daerah dan kota yang berbeda).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun