Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Aristotle: Filsafat dan Mengetahui Semua Hal

24 Juli 2022   23:08 Diperbarui: 24 Juli 2022   23:11 1774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Aristotle dan Platon: morfisme melolong versus idealisme; Menurut Aristotle, Platon memandang "esensi atau ide (EIDOS) sebagai makhluk yang ada dalam dirinya sendiri, sepenuhnya independen dari realitas rasional", sehingga ilmu pengetahuan harus melampaui akal untuk mencapai "hal-hal cerdas, universal, abadi dan ada" di diri mereka sendiri". Menurutnya, cara memandang sesuatu ini memiliki dua kelemahan utama: ia memperumit masalah dengan menciptakan makhluk cerdas dan mengarah pada pemikiran ide, universal, sebagai independen dari yang dapat dilihat, yang menurutnya menjauhkan kita dari pengetahuan tentang realitas.

Bagi Aristotle, esensi atau bentuk (eidos morphe) hanya dapat eksis dalam wujud materi (hule). Ini membawanya untuk mengembangkan "tesis yang disebut morfisme hyle, yang terdiri dari pemikiran tentang imanensi, penyatuan yang diperlukan, dalam setiap realitas yang ada, materi (hule) dan bentuk (morphe) yang memodelkannya".

Tetapi ketika dia melakukannya, dia dihadapkan dengan masalah universal. Bagi Platon, pertanyaan ini tidak ada karena yang universal milik dunia ide. Bagi Aristotle, yang universal lebih terdiri dari intuisi bentuk atau keberadaan dan fakta pernyataan dibuat, seperti definisi manusia sebagai "binatang politik".

Organon; Organon terdiri dari serangkaian dalil  tentang cara berpikir dengan benar. Judul buku itu, "organon", yang berarti "alat kerja", adalah pernyataan menentang kaum Stoa, yang menganggap logika sebagai bagian dari filsafat. Buku I, yang disebut Kategori, dikhususkan untuk definisi kata dan istilah. Buku II, yang membahas proposisi, disebut dalam bahasa Yunani;

Investigasi, Demonstrasi, dan Silogisme;  Dalam analisis pertama, Aristotle mencoba mendefinisikan metode untuk pemahaman ilmiah tentang dunia. Baginya, tujuan penelitian atau penyelidikan adalah untuk sampai pada "sistem konsep dan pernyataan yang terorganisir secara hierarkis, berdasarkan pengetahuan tentang sifat dasar objek studi dan pada prinsip-prinsip pertama tertentu lainnya yang diperlukan". 

dokpri
dokpri

Aristotle percaya "ilmu analitik (analytike episteme) mengajarkan kita untuk mengetahui dan menyatakan penyebab melalui demonstrasi yang dibangun dengan baik". Tujuannya adalah untuk mencapai kebenaran universal tentang subjek itu sendiri dengan memulai dari sifatnya. Dalam analisis kedua, ia membahas bagaimana melanjutkan untuk mencapai kebenaran-kebenaran ini. Untuk melakukan itu, pertama-tama seseorang harus mengetahui fakta, kemudian mengetahui mengapa fakta itu ada, kemudian konsekuensi dari fakta dan akhirnya sifat fakta.

Demonstrasi Aristotelian didasarkan pada silogisme, yang ia definisikan sebagai "sebuah penalaran di mana, setelah hal-hal tertentu dikatakan, apa pun selain informasi ini tentu mengikuti dari fakta informasi ini ada".

Silogisme didasarkan pada dua premis, klausa utama dan klausa sekunder, dari mana kesimpulan yang diperlukan dapat ditarik. Contoh:Sebuah silogisme ilmiah harus mampu mengidentifikasi penyebab suatu fenomena, mengapa. Cara penalaran ini menimbulkan pertanyaan regresi hingga tak terhingga, yang terjadi, misalnya, ketika seorang anak bertanya kepada kita mengapa hal seperti itu berhasil, dan ketika kita telah memberikan jawabannya, dia bertanya kepada kita mengapa kondisi jawaban kita.

Aristotle percaya adalah mungkin untuk menghentikan perkembangan menuju ketakterhinggaan ini dengan mempertimbangkan fakta-fakta tertentu dari pengalaman (induksi) atau intuisi sebagai hal yang cukup aman untuk dijadikan sebagai dasar penalaran ilmiah. Namun, ia percaya perlunya aksioma semacam itu harus dijelaskan kepada mereka yang ingin menantangnya.

Definisi dan kategori; Dia bertanya pada dirinya sendiri salah satu pertanyaan sentral dalam metafisika Aristotelian: Apakah makhluk itu? Baginya, hanya spesies (eidos) yang memiliki esensi. Oleh karena itu, esensi tidak spesifik untuk individu tetapi untuk spesies yang ia definisikan melalui genusnya (genos) dan perbedaannya (diaphora). Contoh: "Manusia adalah binatang (jenis kelamin) yang memiliki kemampuan nalar (berbeda)".

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun