Apa Itu Lanaya?_Â Fenomenologi Kaki Gunung Merbabu
LANAYA , dapat disejajarkan dengan bahasa Jawa Kuna berarti bisu, diam, tanpa Kata-kata ("cahya srengenge") dalam upaya mencari kebenaran. Lanaya artinya matahari atau cahaya untuk memperoleh kebenaran. Kata lain yang mungkin sepadan dengan kata ini adalah apapun yang memilki Cahaya; Â Felita, Dian, atau mercusuar, lampu, lilin, api/geni, dan terang.Â
Kata ini mungkin belum begitu bisa ditemukan di Kamus baik kamus umum, atau kamus Jawa. Mengapa kata "Lanaya" tidak atau belum ditemukan, karena kata ini saya temukan dari hasil pertapaan  meditasi saya di kaki Gunung Merbabu  yang tiba-tiba kata ini muncul sebagai sebuah Kata, yang kemudian saya tidak bisa pahami begitu saja dengan mudah. Memerlukan waktu kurang lebih 5 hari pasaran baru kemudian saya repleksikan Lanaya berati sama dengan makna "Sun Good" atau berarti Lanaya adalah cahaya da kebaikan itu sendiri.
Setelah berpuasa kata ini saya uraikan dalam riset fenomenologi ilmu untuk kemudian saya publikasikan dalam bahan seminar hasil riset berjudul Fenomenologi Kaki Gunung Merbabu. Pada tulisan di Kompasiana ini saya menyajikan 1 sudut padang makna kata Lanaya (makna Filologi), Â dari kemungkinan 12 makna hasil penelitian tersebut;
Tentu saja tidak mudah memahaminya, meskipun demikian mengandaikan arti Lanaya adalah matahari dan kebaikan (Sun and Good), maka saya dapat menyusun memberikan label diskusi Lanaya dengan Matahari adalah metafora untuk sifat realitas dan pengetahuan yang dapat kita peroleh dalam kehidupan ini;
Mata saya dapat melakukan pemahaman pada kata Lanaya dengan meminjam buku VI, Â Platon, teks buku Republik dari sekitar tahun 380 SM, beberapa perumpamaan manusia sebelumnya dan mungkin masih paling populer direproduksi. Ini tentang teori yang agak kasar tentang pengetahuan dan keberadaan. Terang dan kebenaran, yang baik berlawanan dengan yang jahat, ilusi dan kegelapan.Â
Sesuatu yang masih kita gunakan sampai sekarang dari konsep Yunani kuno. Epistemologi, doktrin pengetahuan dan ontologi, doktrin keberadaan. Tidak ada yang tahu apakah cerita itu benar-benar otentik. Karena banyak dari apa yang diajarkan Platon  berasal dari Socrates, gurunya. Tanpa Socrates tidak pernah menulis apapun sendiri.
Platon  selalu percaya  dunia pikiran tidak memadai. Hanya dengan bantuan intelek kita dapat benar-benar memahami kebenaran. Namun apa yang dapat dipahami tidak hanya didasarkan pada interaksi antara mata dan objek yang diamatinya. Ini memberi makan elemen ketiga yang kita pahami sebagai cahaya. Kami menyebut inti cahaya alami ini matahari. Tanpa cahaya tidak mungkin untuk melihat. Tanpa pemahaman, tidak mungkin untuk memahami sesuatu. Tanpa kebaikan, tidak mungkin bertindak secara moral.
Dengan demikian, Lanaya  sama dengan model  Platon  menghubungkan hubungan antara cahaya, kebenaran, dan kebaikan satu sama lain. Sebuah perumpamaan yang sangat indah dan puitis tanpa tandingan.
Lanaya  setara pemikiran dengan matahari adalah apa yang disebut Platon  sebagai gagasan "yang baik"; Setara dengan "indah" atau  karena kata tersebut sering diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani yang sama. Dengan demikian, inti kebenaran tampaknya datang dari dalam. Dihasilkan oleh pikiran.
Cerita berlangsung seperti diskusi antara dua orang. Glaucon, kakak Platon, dan gurunya Socrates. Cara umum untuk menggambarkan argumen dan dilema di dunia kuno. Ini adalah cara yang lebih tua untuk secara alegoris menempatkan posisi dalam simbolisme dengan apa yang diwakili oleh orang dan persepsi yang berbeda. Tergantung pada konteks dalam situasi yang berbeda, seseorang dengan demikian menemukan kalimat baru dengan menafsirkan cerita lebih dalam daripada hanya secara harfiah.
Platon  menggunakan analogi dengan matahari (Lanaya) untuk memberi lebih banyak kehidupan pada argumennya. Cara cerdik untuk melibatkan pendengar dalam asosiasi emosional yang lebih kompleks antara elemen dasar analogi. Cahaya, Kebenaran Dan Kebaikan adalah tiga fenomena yang benar-benar istimewa dan itulah arti kata Lanaya; atau lebih seiring dengan sembah raga, sembah cipta (akal), sembah jiwa, dan sembah rasa. Tapi sangat baik untuk mengarahkan satu sama lain secara paralel yang mencerminkan hampir semua situasi. Menyentuh fisika, ilmu dan akhlak. Tubuh, Pikiran Dan Perasaan.
Tapi Lanaya  sebagai kebenaran  bisa menghancurkan manusia!. Jika kita  menatap matahari terlalu lama, dan  berisiko menjadi buta. Jika kita merenungkan terlalu keras, maka kita bisa tenggelam dalam kegilaan,dan kehilangan makna apaun. Jika manusia terlalu dekat dengan Tuhan, bisa  berisiko kecewa. Realitas (Lanaya) jarang mudah dihadapi. Apa yang memberi kehidupan dan matahari yang menyengat ternyata pada kenyataannya adalah bola gas raksasa yang terbakar di ruang yang sebaliknya begitu dingin.
Kesombongan menghukum dirinya sendiri dengan mudah. Seperti pesan moral dari kisah Bima Mencari Air Purwita Sari. Jika  terlalu dekat dengan matahari (Lanaya), dapat berisiko mati. Alih-alih terus-menerus berusaha keluar. Mungkin Tuhan yang sebenarnya harus ada di dalam diri kita sendiri dan persis disini kata Lanaya sama dengan metode untuk mencapai apa yang disebut MKG (Manunggaling Kawula Gusti). ****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H