Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Itu Lanaya?

22 Juli 2022   14:36 Diperbarui: 22 Juli 2022   15:42 4041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita berlangsung seperti diskusi antara dua orang. Glaucon, kakak Platon, dan gurunya Socrates. Cara umum untuk menggambarkan argumen dan dilema di dunia kuno. Ini adalah cara yang lebih tua untuk secara alegoris menempatkan posisi dalam simbolisme dengan apa yang diwakili oleh orang dan persepsi yang berbeda. Tergantung pada konteks dalam situasi yang berbeda, seseorang dengan demikian menemukan kalimat baru dengan menafsirkan cerita lebih dalam daripada hanya secara harfiah.

Platon  menggunakan analogi dengan matahari (Lanaya) untuk memberi lebih banyak kehidupan pada argumennya. Cara cerdik untuk melibatkan pendengar dalam asosiasi emosional yang lebih kompleks antara elemen dasar analogi. Cahaya, Kebenaran Dan Kebaikan adalah tiga fenomena yang benar-benar istimewa dan itulah arti kata Lanaya; atau lebih seiring dengan sembah raga, sembah cipta (akal), sembah jiwa, dan sembah rasa. Tapi sangat baik untuk mengarahkan satu sama lain secara paralel yang mencerminkan hampir semua situasi. Menyentuh fisika, ilmu dan akhlak. Tubuh, Pikiran Dan Perasaan.

Tapi Lanaya  sebagai kebenaran  bisa menghancurkan manusia!. Jika kita  menatap matahari terlalu lama, dan  berisiko menjadi buta. Jika kita merenungkan terlalu keras, maka kita bisa tenggelam dalam kegilaan,dan kehilangan makna apaun. Jika manusia terlalu dekat dengan Tuhan, bisa  berisiko kecewa. Realitas (Lanaya) jarang mudah dihadapi. Apa yang memberi kehidupan dan matahari yang menyengat ternyata pada kenyataannya adalah bola gas raksasa yang terbakar di ruang yang sebaliknya begitu dingin.

Kesombongan menghukum dirinya sendiri dengan mudah. Seperti pesan moral dari kisah Bima Mencari Air Purwita Sari. Jika   terlalu dekat dengan matahari (Lanaya), dapat berisiko mati. Alih-alih terus-menerus berusaha keluar. Mungkin Tuhan yang sebenarnya harus ada di dalam diri kita sendiri dan persis disini kata Lanaya sama dengan metode untuk mencapai apa yang disebut MKG (Manunggaling Kawula Gusti). ****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun