Filsafat memberi, teologi juga mencoba memberi, tetapi fisika tidak. Sekarang mari kita bertanya pada diri sendiri secara berbeda: Bagaimana alam semesta muncul? Pertanyaan ini bertujuan untuk mendeskripsikan penyebab terciptanya alam semesta atau (mungkin) saja, (mungkin) urutan proses fisik tertentu. Dan fisika memberi atau mencoba memberikan jawaban atas pertanyaan ini. Jadi bukan soal penasaran ya/tidak. Tentu saja, bahkan dalam fisika, penelitian memotivasi rasa ingin tahu. Â Â Sejauh seorang fisikawan menggunakan metode yang tidak dapat diandalkan, temuannya Â
Para filsuf itu berpendapat  masalah historis dari realitas dunia luar adalah produk dari kesalahpahaman mendasar tentang sifat pengetahuan manusia, sifat bahasa, atau bahkan sifat manusia (yaitu, sifat manusia). Kritik semacam itu merupakan ciri positivisme logis, aliran penting filsafat analitik yang berkembang di antara dua Perang Dunia. Untuk positivis logis, kalimat "Ada dunia luar" dan "Tidak ada dunia luar" keduanya secara harfiah tidak berarti, seperti banyak ucapan metafisik lainnya.
 Posisi itu adalah konsekuensi dari "prinsip keterverifikasian" positivis logis, yang menurutnya sebuah kalimat secara harfiah bermakna jika dan hanya jika pada prinsipnya dapat diverifikasi secara empiris (atau dapat dipalsukan) atau tautologi. Karena tidak ada pengalaman yang mungkin (tidak ada eksperimen atau pengamatan yang mungkin) yang dapat membuktikan atau menyangkal  ada dunia luar, semua pernyataan tentang keberadaan atau ketidakberadaannya adalah tidak masuk akal.
bersambung...........
Citasi: Barnes (ed.) 1984. The Complete Works of Aristotle, The Revised Oxford Translation (Princeton: Princeton University Press).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H