Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Itu Kritik Metafisik (9)

13 Juni 2022   13:38 Diperbarui: 13 Juni 2022   13:48 1185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat memberi, teologi juga mencoba memberi, tetapi fisika tidak. Sekarang mari kita bertanya pada diri sendiri secara berbeda: Bagaimana alam semesta muncul? Pertanyaan ini bertujuan untuk mendeskripsikan penyebab terciptanya alam semesta atau (mungkin) saja, (mungkin) urutan proses fisik tertentu. Dan fisika memberi atau mencoba memberikan jawaban atas pertanyaan ini. Jadi bukan soal penasaran ya/tidak. Tentu saja, bahkan dalam fisika, penelitian memotivasi rasa ingin tahu.    Sejauh seorang fisikawan menggunakan metode yang tidak dapat diandalkan, temuannya  

Para filsuf itu berpendapat   masalah historis dari realitas dunia luar adalah produk dari kesalahpahaman mendasar tentang sifat pengetahuan manusia, sifat bahasa, atau bahkan sifat manusia (yaitu, sifat manusia). Kritik semacam itu merupakan ciri positivisme logis, aliran penting filsafat analitik yang berkembang di antara dua Perang Dunia. Untuk positivis logis, kalimat "Ada dunia luar" dan "Tidak ada dunia luar" keduanya secara harfiah tidak berarti, seperti banyak ucapan metafisik lainnya.

 Posisi itu adalah konsekuensi dari "prinsip keterverifikasian" positivis logis, yang menurutnya sebuah kalimat secara harfiah bermakna jika dan hanya jika pada prinsipnya dapat diverifikasi secara empiris (atau dapat dipalsukan) atau tautologi. Karena tidak ada pengalaman yang mungkin (tidak ada eksperimen atau pengamatan yang mungkin) yang dapat membuktikan atau menyangkal  ada dunia luar, semua pernyataan tentang keberadaan atau ketidakberadaannya adalah tidak masuk akal.

bersambung...........

Citasi: Barnes (ed.) 1984. The Complete Works of Aristotle, The Revised Oxford Translation (Princeton: Princeton University Press).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun