Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nietzsche dan Seni

9 Juni 2022   21:57 Diperbarui: 9 Juni 2022   22:07 1095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nietzsche adalah teori yang tidak tertarik pada banyak fitur seni. Jika   tertarik pada seni   masa kini, dan datang meneliti bangunan dan patung candi yang tersebar di Jawa Tengah Indonesia, maka saya ragu Nietzsche dianggap sangat relevan. Beberapa percaya ini menyiratkan kritik yang kuat, atau mengungkapkan batasan penting pada, teori Nietzsche, atau tradisi teori estetika yang menjadi miliknya. Teori-teori metafisika yang memiliki ambisi besar atas nama seni lebih mementingkan kita, dengan masa depan dan cara hidup, daripada dengan seni itu sendiri.

Nietzsche tertarik pada seni sebagai sesuatu yang dapat melakukan sesuatu dan menciptakan masa depan yang baru. Ini adalah ambisi yang tinggi atas nama seni, tetapi  ambisi yang begitu kuat sehingga banyak seni jatuh di luar. Tetapi ketika  bekerja dengan estetika,  dapat tertarik pada hal-hal yang berbeda, dan  dapat menghargai teori filosofis untuk ambisi yang berbeda. Cukup jelas  ada banyak  dalam etika yang tidak memahami bagaimana orang sebenarnya berperilaku, karena orang peduli dengan cita-cita misalnya. Dan ada orang-orang yang lebih peduli dengan semacam fenomenologi moral dan berusaha merangkul berbagai fenomena moral.

Salah satu hal yang ditunjukkan Kant , sedikit menjelaskan mengapa estetika itu menarik, adalah bagaimana dalam menghadapi seni atau keindahan seseorang dapat merasa dipertahankan pada sesuatu yang khusus. Dan tidak bisa memberikan alasan umum yang independen mengapa setiap orang harus menyukai pekerjaan yang sama dengan kami, dan hanya bisa mencoba memberi alasan agar orang lain melihat indah seperti yang d lihat dan berharap orang-orang tergerak.

Tetapi fakta  adalah mungkin untuk mengalami kepentingan seperti itu dalam menghadapi sebuah karya seni tertentu, menurut saya sangat menarik. Ia mengatakan sesuatu tentang manusia yang tidak dicengkeram oleh filsafat lain. Apa yang menjadi komitmen seseorang sebagai manusia adalah rasionalitas, atau alam, yang keduanya bertindak sebagai batasan. Seni tidak memiliki paksaan itu; normativitas estetika adalah kesempatan, bukan keharusan.

Namun demikian, adalah mungkin untuk mengalami sebuah karya seni dan kemudian merasa dipertahankan di dalamnya, sebagai nilai penting yang dapat mengatur kehidupan seseorang. Estetika mengisi citra manusia dan aktor dalam filsafat, sebagai alternatif citra manusia sebagai makhluk budaya, sebagai konsumen, sebagai hewan yang ditentukan secara biologis, atau sebagai semacam komputer penalaran. Saya pikir semua filsuf harus lebih peduli dengan estetika karena tidak begitu mudah masuk ke dalam dikotomi alam akal yang dimiliki sebagai warisan filosofis.

Terima kasih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun