Fakta kecil ini adalah pelajaran besar. Karena waktu yang harus saya tunggu bukan lagi waktu matematis yang akan berlaku baik di sepanjang sejarah dunia material, bahkan ketika tiba-tiba tersebar di luar angkasa.Â
Itu bertepatan dengan ketidaksabaran saya, yaitu dengan bagian tertentu dari durasi saya sendiri, yang tidak dapat diperpanjang atau dikontrak sesuka hati. Ia tidak lagi dipikirkan, ia dihayati" (Esai tentang data kesadaran langsung).Â
Dengan demikian, durasi yang dialami oleh kesadaran berbeda dari waktu jam karena itu khusus untuk individu, untuk keadaan pikiran, untuk keadaan tertentu, atau untuk masyarakat. Ini bagi Bergson waktu nyata, tidak dapat diakses oleh sains.
Waktu tidak memungkinkan kita untuk memahami segala sesuatu tentang manusia. Dengan menentang, di satu sisi, waktu para ilmuwan fiktif, abstrak, homogen dan kosong, dan di sisi lain, waktu hidup durasi murni, Bergson ingin menunjukkan ketidakmampuan sains untuk menguasai waktu nyata di mana individu berkembang.Â
Sebenarnya, ilmuwan tidak dapat mencapai ketebalan kehidupan, yaitu kualitas (hidup, ingatan, keinginan, dll.) yang menjadi ciri kesadaran individu dan benar-benar lepas dari ketepatan matematis.
Oleh karena itu, sains hanya memberikan ilusi bahwa ia menangkap waktu hidup: ia menggantikan durasi dengan padanan simbolis yang hanya merupakan representasi praktis.Â
Dari sudut pandang ini, fungsinya bukan untuk menghasilkan pengetahuan nyata, tetapi tindakan. "Adalah esensi sains, tulis Bergson, untuk memanipulasi tanda-tanda yang menggantikan objek itu sendiri.
Untuk berpikir gerakan membutuhkan upaya pikiran yang terus diperbarui. Tanda-tanda dibuat untuk membebaskan kita dari upaya ini dengan menggantikan kesinambungan yang bergerak dari hal-hal dengan komposisi buatan yang setara dengannya dalam praktik dan yang memiliki keuntungan karena mudah dimanipulasi" (Esai tentang data kesadaran langsung).Â
Akibatnya, Bergson menganggap bahwa filsafat dan metafisika, yang tidak menggunakan mediasi simbolisme ilmiah, lebih mampu menangkap realitas manusia dalam keasliannya.****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H