Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Itu Bangsa? (3)

15 Mei 2022   16:38 Diperbarui: 15 Mei 2022   16:43 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nasionalisme akhirnya diinstrumentasikan dalam perimbangan kekuasaan. Ketidakstabilan ide bangsa telah memungkinkan kekuatan yang berbeda untuk menjadikannya ideologi mereka pada momen sejarah yang berbeda. Oleh karena itu Hobsbawm memandang nasionalisme sebagai masalah bagi para aktor Sejarah, yang berjuang untuk memaksakan definisi mereka tentang bangsa. Mereka yang ingin menjadikannya alat dominasi borjuis mengalahkan mereka yang ingin menjadikannya alat emansipasi, bahkan revolusi. 

Yang pertama telah berhasil menangkap ideologi bangsa berkat nasionalisme negara, dan mereka dengan terampil menguasai investasi emosional kolektifnya. Namun, bangsa borjuis memperlambat ekspansi kapitalisme internasional melalui penyatuan pasar; inilah mengapa komunitas fiktif yang diciptakan oleh borjuasi akhirnya diinvestasikan kembali oleh kehidupan nyata rakyat

"Dengan fakta menjadi 'rakyat', Hobsbawm menjelaskan, warga negara menjadi semacam komunitas, meskipun imajiner, dan anggotanya dengan demikian datang untuk mencari, dan karena itu menemukan diri mereka sendiri, hal-hal yang sama, tempat, praktik , pahlawan, kenangan, tanda dan simbol" (Nations et nationalisme). Tradisi nasional dengan demikian secara bertahap diciptakan untuk menciptakan komunitas imajiner yang seharusnya mewakili bangsa. Oleh karena itu, nasionalisme menjadi bentuk agama sekuler yang menjadi asal mula ritual dan praktik kolektif.

Citasi: E. J. Hobsbawm,. 2012,.Nations and Nationalism since 1780 Programme, Myth, Reality, 2nd Edition. Birkbeck College, University of London.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun