Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Paradigma Ilmu

5 Juli 2021   09:53 Diperbarui: 5 Juli 2021   10:08 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Logika ini bekerja dengan mengatur pengamatan yang sedang dipertimbangkan dan semua ide latar belakang (yaitu, paradigma dan istilah teoritis) sebagai saling melengkapi relasional. Koordinasi keduanya dieksplorasi dengan menanyakan apa, mengingat ide-ide latar belakang, yang harus diasumsikan untuk melakukan pengamatan itu. Inferensi, atau interpretasi, apa yang harus diasumsikan kemudian merupakan penjelasan dari fenomena tersebut. 

Penjelasan ini kemudian dapat dinilai secara empiris sebagai hipotesis untuk memastikan validitas empirisnya (yaitu, dukungan empiris dan ruang lingkup penerapannya). Fitur relasional penting  logika ini adalah   mengasumsikan bentuk lingkaran hermeneutik Hans Georg Gadamer, (1960) dengan bergerak dari tingkat fenomenologis (objek akal sehat) ke penjelasan dan kembali dalam siklus yang terus melebar.

Perbedaan antara ide ini dan apa yang sering disebut sebagai penjelasan hipotetis-deduktif empirisme epistemologis adalah dalam penculikan, semua ide latar belakang (matriks atau paradigma disipliner dan istilah teoritis) merupakan fitur yang diperlukan dari proses dan penjelasan abduktif yang didukung secara empiris itu sendiri menjadi bagian dari kumpulan ide latar belakang yang terus meluas.

Singkatnya, pada 1980-an, paradigma ilmiah sebagai matriks disipliner yang terdiri dari serangkaian asumsi inti atau ide latar belakang  termasuk proposisi ontologis dan episteme, dan konsep   relatif mapan sebagai metodologi ilmiah yang valid. Kesimpulan ini bukan untuk membantah neopositivisme dan konvensionalisme/ instrumentalisme benar-benar meninggalkan paradigm tetapi hanya pergantian dan atau pergeseran paradigma.

Seperti yang dikatakan Kuhn sendiri, paradigma lama seperti tentara tua tidak pernah mati; tetapi hanya menggeser ketika epistemenya  meninggalkan rerangka pemikirn untuk menguji fakta, semua paradigm tidak diganti/tetapi digeser dan berputar siklis (misalnya, ada beberapa ilmuwan atau filsuf hidup hari ini tetap mempertahankan prinsip-prinsip sentral neopositivisme). ****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun