Dedemit Parangtritis
Rambut tanpa nama
harus tergeletak di kulitku
seperti jarum pinus dan mawar,
bibir lain mencium mata
yang menangis untuk-ku.
Dan jiwaku, yang mencarimu
secara alami
seperti burung yang terbang di atas laut di malam hari,
kehilangan arah
dan
tidak pernah kembali ke darat
Padahal, aku ingin mengoleskan
keringatmu  ke tubuhku
seolah-olah dengan salep panau sehingga
semua pori-pori jiwa dapat melupakan
bau tubuhmu....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!