"Baik "karena itu" maupun " Aku pikir" tidak muncul dalam Meditasi. Tidak adanya "oleh karena itu" penting, karena itu menghalangi kita untuk membaca cogito sebagai silogisme, yaitu, sebagai argumen tiga langkah sebagai berikut:
Apapun yang dipikirkan ada
Aku pikir
Oleh karena itu ; maka Aku ada
Masalah dengan bacaan silogistik, yang secara eksplisit disangkal Descartes di tempat lain dalam tulisannya, adalah tidak ada alasan yang diberikan mengapa (1) harus kebal dari keraguan yang dikemukakan oleh Meditator. Juga, pembacaan silogistik menafsirkan cogito sebagai kesimpulan yang beralasan pada suatu titik dalam keraguan Meditator ketika kesimpulan yang beralasan sekalipun dapat dipertanyakan.
Bacaan lain menafsirkan cogito sebagai ucapan performatif, di mana ucapan itu sendiri yang menegaskan kebenarannya. Artinya, Aku tidak bisa mengatakan " Aku ada" jika Aku tidak ada atau jika Aku tidak berpikir, dan tindakan mengatakan itulah yang membuatnya benar. Jadi, Aku hanya dapat menegaskan keberadaan Aku sendiri (bukan milik orang lain) dan Aku hanya dapat melakukannya dalam bentuk saat ini: Aku tidak dapat mengatakan " Aku pikir, oleh karena itu Aku adalah ada sekarang."
Setelah cogito, Meditator mengajukan klaim adalah sesuatu yang berpikir, sebuah argumen yang disebut sum res cogitans, setelah rumusan Latinnya. Ada tiga kontroversi mengenai klaim "Aku dalam arti sempit hanya sesuatu yang berpikir," yang akan kita periksa pada gilirannya: apakah klaim itu metafisik atau epistemologis, apa yang dimaksud dengan "benda," dan apa itu yang dimaksud dengan "berpikir". Beda ilmu dengan iman, _ Ilmu dilakukan dengan keraguan, sedangkan iman jika ragu maka rusak, ilmu kebalikannya_ semakian ragu semakin bagus_//
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H