Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apa Itu Psikologi Budaya?

21 Februari 2021   21:27 Diperbarui: 21 Februari 2021   21:45 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa organisasi menggunakan penilaian untuk memilih personel yang akan dipekerjakan, meskipun praktik ini menurun popularitasnya.Contoh: Sebuah perusahaan konsultan mungkin menilai kandidat pekerjaan untuk memutuskan kandidat mana yang kemungkinan besar akan berkinerja baik di bawah tekanan.

Peneliti sering menggunakan tes dalam rangka mempelajari ciri-ciri kepribadian. Contoh: Seorang peneliti yang mempelajari korelasi antara pengambilan risiko dan kriminalitas mungkin melakukan tes kepribadian untuk sampel narapidana. Tiga cara penting untuk menilai kepribadian meliputi tes objektif, tes proyektif, dan pusat penilaian.

Tes kepribadian obyektif biasanya merupakan inventaris laporan diri. Inventaris laporan mandiri adalah tes kertas dan pena yang mengharuskan orang menjawab pertanyaan tentang perilaku khas mereka. Tes obyektif yang umum digunakan termasuk MMPI-2, 16PF, dan NEO Personality Inventory.

Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) dikembangkan pada 1940-an dan direvisi pada 1980-an. Versi revisi disebut MMPI-2. MMPI-2 berisi daftar 567 pertanyaan. Orang yang mengikuti tes harus menjawab pertanyaan ini dengan benar, salah, atau tidak bisa mengatakan.

MMPI awalnya dikembangkan untuk membantu psikolog klinis mendiagnosis gangguan psikologis. Untuk menafsirkan MMPI-2, psikolog membagi jawaban atas pertanyaan menjadi empat belas subskala. Sepuluh dari subskala ini adalah subskala klinis, yang memberikan informasi tentang berbagai aspek kepribadian peserta tes. Empat subskala lainnya adalah subskala validitas, yang menunjukkan apakah peserta tes ceroboh atau menipu saat menjawab pertanyaan. Skor pada satu subskala tidak memberikan indikasi yang jelas tentang gangguan psikologis tertentu. Sebaliknya, profil skor, atau pola tanggapan lintas subskala, menunjukkan gangguan psikologis tertentu.

The Sixteen Personality Factor Questionnaire (16PF) adalah tes yang menilai enam belas dimensi dasar kepribadian. Ini terdiri dari daftar 187 pertanyaan. NEO Personality Inventory mengukur Lima Ciri Besar: ekstraversi, keterbukaan terhadap pengalaman, keramahan, kesadaran, dan neurotisme. Berguna karena memungkinkan psikolog mendapatkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan standar. Dengan kata lain, semua subjek yang mengikuti tes menjawab pertanyaan yang sama, dan semua subjek harus memilih jawaban dari rentang opsi yang sama. Persediaan juga bersifat objektif, yang berarti   setiap orang yang mencetak tes yang sama akan menilai mereka dengan cara yang sama. Namun, skor ini mungkin ditafsirkan secara berbeda oleh orang yang berbeda.

Inventaris laporan mandiri sering kali berisi pertanyaan transparan, yang berarti subjek dapat mengetahui apa yang ingin diukur psikolog. Oleh karena itu, subjek dapat dengan sengaja berbohong dan memalsukan ciri kepribadian yang sebenarnya tidak mereka miliki. Peneliti yang mengembangkan tes mengatasi masalah ini dengan memasukkan skala kebohongan dalam tes, yang memberikan informasi tentang kemungkinan subjek berbohong.

Bias keinginan sosial dapat mempengaruhi tanggapan atas persediaan laporan diri. Dengan kata lain, saat mengisi inventaris, orang mungkin menyatakan apa yang mereka inginkan itu benar, bukan apa yang benar. Pengembang pengujian dapat meminimalkan bias ini dengan memberikan pertanyaan yang kemungkinan besar akan menimbulkannya.  Orang terkadang tidak memahami pertanyaan dalam ujian. Pengembang pengujian mencoba mengatasi masalah ini dengan menyusun pertanyaan dengan sangat jelas sehingga mereka hanya memiliki satu kemungkinan interpretasi. Orang terkadang tidak ingat aspek pengalaman yang ditanyakan kepada mereka.

Tes kepribadian proyektif mengharuskan subjek menanggapi rangsangan yang ambigu, seperti gambar dan frasa, yang dapat diinterpretasikan dengan berbagai cara. Tes proyektif didasarkan pada hipotesis proyektif, yang merupakan gagasan   orang menafsirkan rangsangan yang ambigu dengan cara yang mengungkapkan kekhawatiran, kebutuhan, konflik, keinginan, dan perasaan mereka.

Psikolog dan peneliti klinis sering menggunakan dua tes proyektif: tes Rorschach dan Tes Apersepsi Tematik. Tes Rorschach terdiri dari serangkaian sepuluh bercak tinta. Psikolog meminta subjek untuk melihat bercak tinta dan mendeskripsikan apa yang mereka lihat, dan psikolog kemudian menggunakan sistem penilaian yang kompleks untuk menafsirkan tanggapan subjek. Skor didasarkan pada berbagai karakteristik respons, seperti orisinalitas respons dan area bercak yang dijelaskan dalam respons. Rorschach memberikan informasi kepada psikolog tentang ciri-ciri kepribadian subjek dan tekanan situasional yang mungkin dialami subjek.

Tes Apersepsi Tematik (TAT) terdiri dari serangkaian gambar yang berisi berbagai karakter dan pemandangan. Psikolog meminta subjek untuk mengarang cerita tentang setiap gambar dan mencari tema yang muncul dari respons subjek. Misalnya, seseorang yang sangat membutuhkan pencapaian mungkin secara konsisten memunculkan cerita yang bertema pencapaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun