Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pajak Pulsa Diskursus Akademik PMK Nomor 6/PMK.03/2021

30 Januari 2021   20:59 Diperbarui: 30 Januari 2021   21:07 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengingat defisit anggaran Negara dan prospek pertumbuhan yang menyusut di masa depan, beberapa pembuat kebijakan mengusulkan untuk menaikkan pajak untuk meningkatkan pendapatan dalam dekade mendatang dalam upaya untuk mengurangi defisit  yang saat ini.

Namun, penelitian empiris dan contoh dunia nyata yang tak terhitung jumlahnya menunjukkan bahwa upaya untuk mengurangi defisit fiskal dengan menaikkan pajak atau memperluas objek pajak (Penjualan Pulsa, Kartu Perdana, Token, dan Voucer) hampir selalu di pastikan gagal karena menyebabkan peningkatan pengeluaran pemerintah dengan faktor yang melebihi pertumbuhan pendapatan.

Berikut ini adalah hasil riset yang mendukung dugaan ini:

Pada tahun 1990-an dengan judul "Why the Balanced Budget Amendment is Good for Americans" dilakukan oleh , Vedder, Frenze, dan Gallaway  melakukan studi tentang hubungan antara pajak dan defisit berdasarkan analisis data anggaran dari tahun 1947 hingga 1990. Studi tersebut kemudian dikenal sebagai "studi $ 1,59" karena setiap $ 1,00 pajak baru menghasilkan $ 1,59  pengeluaran pemerintah yang baru.

Kemudian pada tahun 2010, Vedder dan Stephen Moore melakukan revisi terhadap penelitian tersebut berdasarkan data yang diperbarui hingga tahun 2009 dengan hasil  setiap dolar dari pendapatan pajak baru dikaitkan dengan $ 1,17 dalam pengeluaran baru. Dua riset ini  menunjukkan hasil yang sama setiap saat: meskipun jumlah pengeluaran baru bervariasi, pengumpulan pajak yang lebih tinggi selalu menghasilkan pengeluaran yang lebih tinggi yang melebihi pertumbuhan pendapatan.

Penelitian lain oleh Jeffrey Miron meneliti hasil kenaikan pajak jangka panjang pada tingkat pengeluaran pemerintah. Dengan menggunakan data regresi dari studi tahun 2007, Miron menunjukkan dampak kumulatif dari kenaikan pajak sebesar 1 persen dari PDB terhadap total pengeluaran dan menemukan   kenaikan pajak ini terkait dengan peningkatan 5 persen dalam pengeluaran pemerintah. Dalam jangka panjang, peningkatan belanja sekitar dua kali lipat kenaikan awal pajak;   akibat dari pemerintah yang meremehkan biaya program barunya.

Studi pajak dan defisit ini menunjukkan  rencana untuk menaikkan pajak dalam beberapa bulan mendatang tidak akan menghasilkan efek yang diinginkan untuk mengurangi defisit, tetapi kemungkinan besar akan meningkatkan tingkat pengeluaran pemerintah.

Maka pemungutan Pajak Pertambahan Nilai serta Pajak Penghasilan atas penyerahan/penghasilan sehubungan dengan penjualan pulsa, kartu perdana, token, dan voucer;  dan atau perluasan objek pajak (Penjualan Pulsa, Kartu Perdana, Token, dan Voucer) atau kenaikan pajak tidak mengurangi defisit adalah karena hal itu berbahaya bagi pertumbuhan ekonomi, tingkat lapangan kerja, dan pertumbuhan upah.

Perlambatan pertumbuhan ini pada akhirnya berarti hasil pendapatan aktual dari kenaikan pajak secara signifikan lebih rendah dari hasil pendapatan yang diharapkan. Hasil riset dan kajian pustaka menemukan efek negatif pajak pada pertumbuhan, dengan pajak atas pendapatan perusahaan dan pribadi yang sangat berbahaya bagi pertumbuhan ekonomi.

Jadi, kenaikan pajak tidak hanya mendorong tingkat pengeluaran pemerintah yang lebih tinggi, tetapi   menyusutkan basis pajak dengan menghambat pertumbuhan ekonomi, produktivitas, dan pertumbuhan upah.

Ketidakmampuan pemerintah untuk mengurangi defisit fiskal terutama melalui kenaikan pajak atau perluasan objek pajak [Penjualan Pulsa, Kartu Perdana, Token, dan Voucer] telah lama ada dalam kajian literatur akademis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun