Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengapa Prasangka Buruk Menjadi Penting?

18 Januari 2021   22:53 Diperbarui: 18 Januari 2021   23:09 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ke (1)  upaya mengantisipasi kemalangan dapat membuat manusia mengambil tindakan pencegahan. Misalnya, membayangkan keluarga takut kehilangan hewan ternak pada malam hari, maka ia dapat  memasang CCTV atau membuat tembok setinggi 4 meter mengelilingi pekarangannya. Atau mobil Mercedes-Benz E 400 AMG baru wajib di asuransikan, begitu juga rumah, dan semua property lainnya;

Jika Manusia sudah membayangkan bagaimana sesuatu yang buruk bisa terjadi, tanpa "memilih waktu", maka sacara mental manusia tidak akan terlalu terkejut jika hal itu terjadi. Kita semua perlu  akrab keburukan apapun pada tingkat duniawi. Banyak orang, jika   mengikuti ujian, membayangkan atau bahkan meyakinkan diri bahwa mereka telah melakukannya dengan buruk sehingga tidak lulus,  jika ternyata itu adalah kebenaran, mereka akan tidak kecewa.

Ke (2) Prasangka buruk atau visualisasi negatif, di sini dan di tempat lain, mempersiapkan kita secara mental dan emosional untuk menghadapi pengalaman yang tidak menyenangkan ketika keadaan tak memilih waktu memiliki potensi menuju  pasti akan terjadi.

(3) Prasangka buruk atau visualisasi negative, membantu sikap merenungkan kehilangan sesuatu, membantu untuk lebih menghargainya. Kita semua akrab dengan cara kita cenderung menerima begitu saja. Ketika  pertama kali membeli rumah baru, mobil, gitar, smartphone, tas LV, Hermes, Coco Chanel, Prada, Guci, atau  kemeja, atau apa pun, adalah  hal  luar biasa.

Tetapi dalam waktu yang cukup singkat, kita menjadi bosan atau lalai atau lama-lama  hal-hal baru dimiliki tidak lagi menganggapnya menarik. Bentham dan Mill  menyebut ini "adaptasi hedonis". Tetapi membayangkan kehilangan sesuatu yang dipermasalahkan adalah cara menyegarkan apresiasi terhadapnya. Ini adalah teknik yang membantu kita mengikuti nasihat Epictetus;  belajar menginginkan apa yang sudah kita miliki.

Pada argumen untuk mempraktikkan visualisasi negatif atau prasangka buruk ini, mungkin paling meyakinkan. Dan itu melampaui hal-hal seperti teknologi yang baru dibeli. Ada begitu banyak hal dalam hidup yang harus disyukuri, namun kita sering mengeluh segala sesuatunya tidak sempurna, mengkritik, jengkel, karena memiliki banyak kekurangan. 

Tetapi siapa pun yang menjalani kehidupan sepanjang sejarah sebagai adalah sungguh menyenangkan tetapi pada sisi lain ada kondisi buruk diluar dugaan kita. Tak terbayangkan keburukan itu muncul tanpa mengenal waktu, dan tempat. Atau kegagalan manusia mengetahui apapun sebelum terjadi (weruh sak durunge winarah) itulah pentingnya kita membuat prasangka buruk atau visualisasi negative.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun