Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengapa Manusia Belum Mampu Menguasai Ilmu "Weruh Sak Durunge Winarah"?

16 Januari 2021   20:40 Diperbarui: 16 Januari 2021   20:46 14013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa manusia belum mampu menguasi ilmu  "Weruh Sak Durunge Winarah"

Apa itu ilmu ["Weruh sak durunge winarah"]?  Pada definisi yang paling mudah di ketahui ilmu ["Weruh sak durunge winarah"] adalah sebuah episteme dalam dokrin titen ilmu Jawa Kuna sebagai "cara mengetahui, dan memahami sebelum segala sesuatu terjadi.

_______Kalimat ["Weruh sak durunge winarah"] pada Ilmu barat menyebutnya {"prediksi" atau ramalan, estimasi, perkiraan, taksiran},  suatu event (peristiwa) pada masa yang akan datang. Artinya pola ["Weruh sak durunge winarah"] adalah cara mengetahui pada waktu yang akan datang atau belum terjadi ____.

Manfaat ilmu atau aksiologi  ["Weruh sak durunge winarah"] menjadi sangat penting, apabila dikaitkan dengan kemampuan "leadership mengelola Negara, perusahaan, keluarga, dan individu agar dapat (1) menghindari kejadian-kejadian buruk, dan (2) jika tidak menghindari maka ia berguna untuk mengelola risiko buruk.

Kegagalan penguasaan ilmu ["Weruh sak durunge winarah"] antara lain (1) Bisa dibayangkan jika kita mengambil data-data pada banyaknya "Korban" bencana alam diseluruh dunia, seperti Covid19, wabah penyakit, Tsunami, Gempa Bumi, letusan gunung berapi, Longsor, Banjir Bandang, berapa banyak nyawa, materi, kehilangan harta benda, bahkan menyedot anggaran Negara untuk pemulihan akibat bencana alam tersebut.  (2)  Belum lagi jika data-data korban akibat kesalahan manusia seperti aktivitas terorisme, kecelakan lalu lintas, darat, laut, udara, tiap tahun terus meningkat, atau korban kejahatan atau kegagalan proyek sosial, ekonomi/bisnis, perdagangan, pertengkaran, dan seterusnya.

Maka pertanyaannya adalah mengapa ilmu ["Weruh sak durunge winarah"] belum dapat dikuasi umat manusia di seluruh bumi, atau apakah mungkin manusia menguasi ilmu ["Weruh sak durunge winarah"]? Jika mungkin bagimana membuat aplikasinya dalam teknologi atau cara langkah apa yang bisa dilakukan?_

Jelas kemampuan ini menjadi sesuatu yang bersifat "niscaya" demi keseleamatan dan martabat umat manusia. Tentu pertanyaan ini jika mampu dijawab dengan nyata, aplikatif, memiliki presisi reliabilitas validitas yang tinggi dipastikan mendapat "hadiah Nobel" atau namannya di abadikan dalam catatan sejarah umat manusia.

Berikut ini upaya mencari episteme dan  aplikasi ilmu dan praktik ["Weruh sak durunge winarah"] yang sudah ada diantaranya  beberapa model misalnya:

(1) Ilmu yang diterapkan oleh BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika)  untuk explanasi prediksi atau ramalan Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika sesuai UU berlaku;

(2) Ilmu Zodiak (Zoodiacos Cyclos yang artinya Lingkaran Hewan)/ Astrologi adalah ilmu yang menghubungkan antara gerakan benda-benda tata surya (planet, bulan, dan matahari) dengan nasib manusia. Karena semua planet, matahari, dan bulan beredar di sepanjang lingkaran ekliptika, otomatis mereka semua juga beredar di antara zodiak. Ramalan astrologi didasarkan pada kedudukan benda-benda tata surya di dalam zodiac. Zodiak sering diartikan dengan ramalan bintang dan sifat-sifat seseorang berdasarkan bulan lahirnya.

(3) Aplikasi pada ilmu Weton atau primbon Jawa Kuna, atau didasarkan pada moco ing waskito, yang berarti membaca kejadian dari fenomena atau tanda-tanda (alam) yang telah terjadi sebagai panduan untuk memahami setiap peristiwa yang akan terjadi.  Weton anda adalah gabungan dari tujuh hari dalam seminggu  dengan lima hari pasaran Jawa (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon).

(4) Praktik paranormal atau akhli metafisika dengan menggunakan berbagai instrument misalnya kartu tarot, komunikasi dengan alam invisible seperti "para Danyang Nusantara, atau Lelemut" dalam unsur-unsur metafisika air, api, tanah, dan udara, gunung, sungai, laut, pohon, bertapa, semedi, puasa, moksa, tempat pelilasan, makam,  dan seterusnya sebagai upaya mencari ramalan dengan konsep "manunggal" antara diri dengan makro kosmos;

(5) Praktik dalam bidang astrologi China atau yang dikenal   dengan shio, atau 12 Macam Shio Tionghoa  (masing-masing dengan Cabang Bumi terkait) secara berurutan dan sifatnya pada  Kayu, Api, Bumi, Logam, dan Air sebagai lima elemen alam.; dan setiap tahun di tandai dengan nama binatang atau "shio" sesuai dengan siklus yang berputar : Tikus, Kerbau, Macan, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing dan Babi.

(6) Menggunakan istilah napas kosmik naga atau disebut Fengsui adalah ilmu topografi kuno dari Tiongkok yang memercayai bagaimana manusia dan surga (astronomi), serta bumi (geografi) dapat hidup dalam harmoni untuk membantu memperbaiki kehidupan dengan menerima Qi positif. Qi terdapat di alam sebagai energi yang tidak terlihat. Qi dialirkan oleh angin dan berhenti ketika bertemu dengan air.

(7) Pada ilmu ilmiah yang paling gampang saya sebut  sebagai "ilmu Budgeting" atau ilmu anggaran  baik pada perusahaan, Negara dan seterusnya. Ini adalah aplikasi cara mengetahui sebelum terjadi atau melakukan sesuatu. Atau dalam ilmu mutu dikembangkan dengan model William Edwards Deming berupa PCDA, atau  "Plan, Do, Check, Act", adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah umum digunakan dalam pengendalian kualitas pada sebuah siklus.

(8) Pada ilmu lain dikembangkan pada Ketidakpastian (Uncertainty), oleh Heisenberg dilanjutkan dengan rerangka pemikiran  Lotfi A. Zadeh fuzzy logic, and fuzzy systems, melalui bangunan system  pendekatan AI, ES, DSS atau kecerdasan buatan manusia menghasilkan Decision Support System (DSS), Artificial Intelligence (AI), Expert System (ES), dan seterusnya yang dikembangkan.

Dan seterusnya masih ada 100 contoh lain yang sudah dikembangkan untuk menjawab pertanyaan bagimana cara Ilmu ["Weruh sak durunge winarah"] dapat dijelaskan dimodelkan secara finalitas. Tetapi menurut saya ilmu ["Weruh sak durunge winarah"] belum dapat dijawab untuk mengatasi masalah bagimana mengetahui segala sesuatu sebelum terjadi.  Mengapa?

Alasan (1) Karena apapun yang dihasilkan dalam semua "penetapan model di atas mengalami apa yang saya sebut dalam filsafat  "paradox"  atau mengalami kelemahan pada apapun yang diciptakan. Hal ini jelas kata-kata dan alasan ketika sesuatu model muncul maka kata yang mematikan adalah (a) asumsi, atau ceteris paribus; (b)  konsanta suatu nilai tetap; berlawanan dengan variabel yang berubah-ubah.  Setidaknya dua argument ini menjadi kendala menemukan ["Weruh sak durunge winarah"].

Alasan (2) Dengan meminjam Martin Heidegger, bahwa kebenaran itu bersifat tersembunyi atau ["aletheia"], sebagai tidak tertutup tersembunyi. Kebenaran itu suka bersembunyi dan menyembunyikan diri. Lalu Martin Heidegger menyarankan suatu metode Ilmu ["Weruh sak durunge winarah"] melalui apa yang disebut "Stimmung" (suasana batin manusia) atau (mungkin di Jawa Kuna disebut "ilmu sembah roso atau keutamaan roso manusia").  

Alasan (3) manusia tidak mampu memadatkan waktu yang akan datang, atau memajukan waktu. Maka waktu adalah penentu event atau peristiwa hal.  Maka ilmu  ["Weruh sak durunge winarah"] sama dengan ilmu waktu pada masa mendatang. Tidak ada/belum ada manusia yang tahu apapun kejadian waktu mendatang,  sekalipun dengan mengasumsikan "segala sesuatu bersifat siklus" misalnya ada 24 jam atau 12 jam, 7 hari seminggu atau 5 hari pasaran Jawa waktu berputar terjadi   pengulangan tetapi manusia gagal mengetahui semua peristiwa signifikan dan penting. Sehingga tidak mampu diketahui apapun. Maka ada istilah Jawa sikap kegagalan memahami menemukan ["Weruh sak durunge winarah"], harus mengambil "nrimo ing pandum".

Dan kita mesti ingat hasil penelitian saya bahwa para penguasa para dewa (Sang Ada),  paling menentukan adalah "Sang Hyang Batara Kala" atau "Waktu" sebagai symbol pusat segala sesuatu ada dan menjadi (lihat buku Heidegger Being and Time). Atau pada Karya Hesiod, mitos Kotak Pandora pada Theogony 507-616. Atau  "Stimmung" adalah membedakan antara waktu secara matematika, dan waktu yang dihayati, bahkan melampaui keduanya;

Apa simpulannya pada tulisan ini? 

________Bahwa Hakekat  ["Weruh sak durunge winarah"] adalah kemampuan memahami ilmu "Sang Hyang Batara Kala" atau "Waktu".  Barang siapa yang menguasai ilmu "Sang Hyang Batara Kala" atau " Ruang dan Waktu" maka dialah manusia yang dapat mengetahui, memahami segala sesuatu baik  sebelum, atau setelah (before and after) sesuatu hal  peristiwa itu terjadi.______

Pertanyaan berikutnya adalah bagimana cara menguasi, memahami ilmu "Sang Hyang Batara Kala" atau "Ruang dan Sang Waktu", pertanyaannya adalah apakah mungkin. Jawabnya adalah mungkin dan hanya saya yang punya literature hasil penelitian dan caranya. Tapi saya tidak tuliskan disini. Terima kasih. Rahayu_rahayu Seagung Dumadi_

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun