Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pembelajaran Kasus Pesawat Sriwijaya Air

11 Januari 2021   12:02 Diperbarui: 12 Januari 2021   22:49 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembelajaran Kasus Pesawat Sriwijaya Air (SJ182)/ Dok Pribadi

Masalah industri  penerbangan high teknologi,  dapat berupa bagaimana menciptakan alat dan mekanisme yang tepat untuk membuat pekerjaan lebih efisien, sementara masalah epistemik berkisar dari pemasaran hingga memaksimalkan keuntungan. Dan tantangan phronesis melibatkan hal-hal strategis seperti langkah-langkah pemotongan biaya serta merger dan akuisisi. 

Jika suatu situasi mengharuskan  membuat keputusan moral, seperti keselamatan dan perawatan karyawan, menganalisis fakta, dan angka sama sekali tidak ada gunanya. Pada catatan yang sama, ketika situasi menuntut beberapa bentuk analisis data, memilih untuk mengikuti intuisi anda tidaklah cerdas.

Kedua pendekatan "Episteme" (pengetahuan ilmiah), di sisi lain, berfokus pada pemahaman tentang hal-hal yang sudah ada di dunia. Maka episteme adalah domain pengetahuan sejati - berbeda dengan doxa, domain opini, keyakinan, atau kemungkinan pengetahuan. 

Kata Yunani episteme sebagai "sains" atau "pengetahuan ilmiah. Episteme dengan demikian memiliki arti yang sangat dekat dengan kata tekhne (skill). Kongkritnya maka episteme sebagai sistem pengetahuan paripurna pada semua hal pada ilmu industri  penerbangan.

Tanpa hal ini maka sulit untuk menyatakan sesuatu itu memenuhi tatanan mutu. Misalnya "Sistem pengetahuan pesawat terbang" atau bentuk pengetahuan ini mencoba menggali hukum alam, manusia, ruang, waktu, cuaca, infrastruktur grounded, menganalisis fakta, angka,  untuk keharmonisan supaya tercipta system yang baik (running well). 

Misalnya tidak boleh ada misinformasi pada system kerja mekanika pesawat terbang, manual instruktur, percepatan, kecepatan, kapasitas yang diizinkan, gravitasi, pemahaman mekanika dan seterusnya. Akhirnya tidak boleh terjadi "ketidaksadaran positif" dari pengetahuan.

Ketiga pendekatan ("Phronesis"), berarti kebijaksanaan praktis, melibatkan penilaian etis seperti memiliki ketajaman intelektual untuk membuat keputusan yang tepat bahkan ketika datanya tidak jelas atau situasinya ambigu. Argumen utama Aristotle adalah bahwa semua bidang ini harus didefinisikan dengan jelas, bersih dari kesalahan moral. Karena sebuah industri penerbangan yang tangguh jika meminjam Aristotle maka tidak boleh terjadi  "kesalahan praktik moral". Mengapa?

Karena menurut Socrates  tujuan hidup manusia adalah mencari sophia, atau kebijaksanaan. Dan untuk mencapai sophia memberi seseorang pemahaman umum tentang sifat kebajikan. Dan begitu seseorang atau perusahan, atau Negara mencapai pemahaman tentang setiap kebajikan, maka  secara alami dipastikan menjalaninya.  Sikap praktik moral berbudi luhur adalah bersifat niscaya;

Sudah jelas dan tegas di seluruh dunia bahwa standar umum industri  penerbangan harus dilakukan dengan sifat kehati-hatian ["phronesis"]   mempertimbangkan dengan tujuan semua orang atau mementingkan martabat nilai manusia seperti apa yang kita sebut bijaksana. Sebagai ciri orang yang bijaksana untuk dapat mempertimbangkan dengan benar tentang apa yang baik dan menguntungkan. Sifat  kehati-hatian ["phronesis"]  bertujuan produksi selain mengadaikan dirinya sendiri diperlakukan oleh orang lain;

Sekali lagi masalah teknologi dapat berupa bagaimana menciptakan alat dan mekanisme yang tepat untuk membuat pekerjaan lebih efisien, sementara masalah epistemik berkisar dari pemasaran hingga memaksimalkan keuntungan. Dan tantangan phronesis melibatkan hal-hal strategis seperti langkah-langkah pemotongan biaya serta merger dan akuisisi. 

Jika suatu situasi mengharuskan  membuat keputusan moral, seperti keselamatan  menganalisis fakta dan angka sama sekali tidak ada gunanya. Di sinilah problem dan pertanyaan akhir ["perbedaan antara mengetahui dengan melakukan"]. Moral dinilai pada tindakan, tidak cukup hanya paham atau mengetahui, dan disinilah pendekatan ("Phronesis") memperoleh tempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun