Sedulur Papat Limo Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa I)
Tulisan ini adalah kajian hermeneutika dan semiotika pada kemungkinan memahami Kajian Filsafat Roh  dan filsafat sejarah sebagai trans substansi makna lain pemikiran Hegelian. Kajian Filsafat Roh Jawa dimaksudkan adalaha kajian  yang sederhana sekaligus rumit.
Suatu pemahaman pada 'Sedulur Papat Limo Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa) adalah tidak ada makna tunggal dan bersifat finalitas, dia terus berkembang dalam ruang dan waktu yang bisa saja mengalami makna semiotika hermeneutika yang berbeda-beda makna. Jawa Kuna menyebutnya sebagai dasanama artinya sepuluh nama cara memahami sesuatu artinya tidak ada tidak ada pengertian tunggal.
Contoh kata "Hong" secara semiotika Ontologi Kejawen bisa berarti Tuhan, Timur, Asal Usul, Permulaan, nafsu supiah, Â warna putih, dan seterusnya; Saya kira apa yang dikatakan pada pemahaman ini mungkin mengalami kesesuaian dengan apa yang dikatakan Friedrich Nietzsche (system dialektika roh Dionysian Vs Apollonian) bahwa ide fixed atau menyatakan sesuatu secara tunggal adalah sebuah bentuk kekerasan; tidak ada yang disebut makna tunggal atau ide fixed; semua bisa berubah dan bisa menjadi yang abadi adalah perubahan itu sendiri; atau Jawa Kuna kemudian menyebut sebagai bentuk "papan, empan, adepan"; atau jika lebih subtil semua hal bersifat dialektika tidak ada yang disebut absolud; semua hal didunia ini adalah bersifat "persepsi" dan cara sudut pandang (world view)
Memahami Sedulur Papat Limo Pancer adalah integrasi pada proses belajar sehingga menjadi terbentuk menjadi terpelajar/ terdidik, usia dewasa, mental baik, kita tidak picik mau belajar banyak, menerima perbedaan, sebagai hasil pengalaman Hermenutika, jadi tidak mungkin picik;
Demikian halnya cara memahami episteme 'Sedulur Papat Limo Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa), dipahami pada banyak makna, banyak arti, dan seterusnya. Jawa Kuna menyebut Hasto artinya 8 dan Broto artinya perilakul, kemudian Aristotle membuat 1 substansi 9 kategori maka ada kecocokan filsafat Yunani Kuna dengan Jawa Kuna sama-sama tidak mungkin memahami pada artian sempit, picik, dan gegabah; tetapi akhirnya baik Kejawen (Jawi), dan Yunani Kuna Plato/Platon sama memiliki pemahaman tentang mata jiwa atau batin adalah cara memahami yang bersifat meta atau beyond;Â
Dengan demikian maka implikasi makna Sedulur Papat Limo Pancer  secara hermeneutika mengisyaratkan sifat beyond atau meta ini saya terjemah sebagai tujuan atau telos pada dokrin utama Konsep Tuhan Maha Esa {"Tan Keno Kinoyo Opo"};
Tetapi hal ini bisa di diskusikan (sebagai wacana), bahwa seluruh isi alam semesta dengan unsur energy yang membentuknya pada awalnya mengalami dua hal yang disebut "Kosmos atau keteraturan, dan "Chaos" (yang berlawananan dengan tatanan) tidak mampu ditundukkan pada hukum atau bersifat paradoks;
 Dengan "Kosmos  Vs  "Chaos ini memungkinkan apa yang dikatakan Hegel, Roh membelah diri menjadi yang lain atau keluar dari entitasnya menjadi yang lain; dia tidak stabil, maka ada tesis, anti tesis, dan sintesis, tetapi diakhir sejarah akan ada rekonsiliasi kebahagian bersama-sama.  Oleh Marx  disebut "dialektika material" dikembangkan dengan Rasio Instrumental model Max Weber;
Metafora Dilthey menyebutnya sebagai Ausdruck, (ungkapan/expresi) bukan ungkapan perasaan tetapi ungkapan dari roh objektif (dari Hegel) Allah adalah dunia ini sendiri kemudian menjewantah kesepian (tidak ada dualitas pencipta dan ciptaan) sebagai satu entitas.
Perlu sadar diri, maka perlu membedakan dengan diri. Allah (realitas) kesepian tidak  kenal diri, gak happy sebagai Tuhan, maka Tuhan membentuk atau membelah diri atau mengasingkan diri Ke ALAM (Tuhan mengasingkan diri), lalu di akhir dunia kembali lagi nanti lebih matang, inilah disebut perjalanan sejarah;
Hegel menyebutnya berpikir Tesis, Antitesis (pengasingan diri), Rekonsiliasi (syntesis).  Roh objektif Ausdruck, (ungkapan) dari roh objektif proses alenasi diri menjadi yang lain (dari Hegel); Pada kajian dan tulisan secara semiotika "Sedulur Papat Limo Pancer" (Kajian Filsafat Roh Jawa), bahwa kata penggunaan kata "Roh" atau Latin spiritus tidak dimaknai tunggal tetapi bisa berarti semangat, nafas, batin, jiwa, sukma, kesadaran rasionalitas, empiris (Jawa Kuna menyebut kasunyatan atau  kenyataan; fakta), atau apa yang dikatakan Hegel sebagai Roh Dunia Weltgeist ("world spirit"); Â
Hakekat sama ditafsir bahwa  "seperti apa yang dikatakan Gadamer bahwa Sedulur Papat Limo Pancer" (Kajian Filsafat Roh Jawa) tidak bisa dipahami dengan cara mudah dan gampang karena:
- Kendala pengetahuan yang objektif kendalanya menurut Gadamer adalah Masalah Prasangka  (penyimpulan tergesa-gesa) dalam Sedulur Papat Limo Pancer" prasangka [pra-penilaian (Vorurteil);termasuk perlawanan  prasangka melawan prasangka. Memahami "Sedulur Papat Limo Pancer" dapat melibatkan emosi diri, kepentingan, kekuasaan, akibatnya sehingga tidak ada sesuatu itu di sebut paling objektif;
- Tidak mungkian memahami atau mengerti tanpa Aplikasi/Praktik  juga bersamaan atau sama dengan pemahaman; Pemahaman "Sedulur Papat Limo Pancer" terjadi justru ketika diaplikasikan atau terjadi pada pembatinan atau Trirakat Prihatin. Opini adalah pemahaman itu sendiri. Aplikasi terjadi menjadi pemahaman, ketika menilai efek masa lalu, dan apa efeknya ke depan.  Persis ketika menerapkannya hasil aplikasi disitulah terjadi pemahaman. Atau "Sedulur Papat Limo Pancer" diaplikasikan pada atau gabungan antara pengalaman Jiwa dengan Tubuh (Ponty, dan Descartes); maka ia bersifat Pemahaman adalah (Manunggaling") atau  Berbentuk subyek dengan-subyek (inter_subyektif) sekaligus Tubuh adalah subjek dan objek.
- "Sedulur Papat Limo Pancer" adalah bentuk peleburan fusi horizon atau: cakrawala pemahaman; horizon masa lampau, untuk memahami kekinian. Atau disebut Gadamer sebagai Bildung (cara baru mamahami "Sedulur Papat Limo Pancer"); Aku menangguhkan pendapatkan ku, demikian juga engkau, supaya kita temukan sesuatu yang baru. Atau oleh Plato/Platon dinamakan revisi atau pendalaman pada doxa (pendapat/opini).
- "Sedulur Papat Limo Pancer" tidak hanya dipahami pada mental Historis tapi dia adalah proyeksi interprestasi ke Masa Depan dan membuka seluruh kemungkinan=kemungkinannya untuk masa depan  (membuat rencana) atau membuat kita bereksistensi masa depan. Caranya adalah memiliki sebelumnya (pengertian) atau mendahului (free having). Menghuni dulu (pemahaman dulu) dan kemudian baru interpreasi (perkembangan pemahaman) baru membangun. Atau Sedulur Papat Limo Pancer" adalah Menghuni dulu baru membangun;
Artinya (1,2,3,4) adalah Tanpa manusia maka tidak ada "Sedulur Papat Limo Pancer"; dalam perjalanan mencari air purwita sari atau pencarian Tuhan yang Maha Esa; hanya manusia yang memahaminya, tentu dikaitkan dengan unsur seluruh unsur alam makro kosmos (air,angin, udara, api, bulan, bintang, matahari dll) baik yang bersifat jasmani, rohani, yang dapat diindrawi ataupun non indrawi; Kita semua dibentuk oleh "perjumpaan" yang dapat diketahui ataupun tidak diketahui;Â
Wujud ini saya sebut sebagai Erlebnis (dunia pengalaman batin) berbentuk (jamak = pengalaman batiniah yang di hayati) disebut life Experience= pengalaman yang dihayati (Jawi menyebut mata batin manusia); maka tidak mungkin memahami Sedulur Papat Limo Pancer"; tanpa menggunakan apa yang disebut Dilthey sebagai VERSTEHEN (Understanding), sisi dalam, fakta mental, berpartisipasi dalam komunitas, dan  life expression (mental roh Jawa);atau memahami apapun dengan cara sisi dimensi batiniahnya; maka definisi JAWA artinya mengerti atau memahami dengan mata batin; tentu dengan tidak mengabaikan peran rasionalitas, dan seni tiruan (mimesis); seperti pada kalimat sadulur ingkang karimatan lan mboten karimatan;
Setelah memahami lingkup dan cara pandang pada Filsafat Roh Jawa Kuna atau Indonesia lama JAWA artinya mengerti atau memahami dengan mata batin; untuk memperoleh suatu kasunyatan, maka berikut ini beberapa cara pengertian "Sedulur Papat Limo Pancer"; dimaknai secara hermeneutika semiotika sebagai berikut;
Pertama  (1)
Pada teks "Pikulan Tunggal, atau ada sebelum segala sesuatu ada, dikenal dengan nama 'Sanghiyang Wenang/Sanghiyang Tunggal", atau "Batara Tunggal"  memiliki "telor dengan aneka warna  yang dipuja secara terus dengan terus bertanya dalam batin tentang telor tersebut dan  akhinya pecah menjadi tiga bagian: yakni Â
Kulitnya Tejo Matri atau Togog;
Putih telor Ismoyo atau Semar
Manik Moyo atau Batara Guru.
Bersambung ....ke tulisan ke 2___
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI