Seperti halnya tragedi, komedi merepresentasikan kehidupan yang penuh ketegangan, bahaya, dan perjuangan, dengan keberhasilan atau kegagalan sering bergantung pada faktor-faktor kebetulan. Di mana mereka berbeda adalah dalam tanggapan tokoh utama terhadap ketidaksesuaian hidup.Â
Mengidentifikasi dengan karakter-karakter ini, penonton di komedi dan tragedi memiliki tanggapan yang berbeda terhadap peristiwa dalam drama. Dan karena respons-respons ini terbawa ke dalam situasi-situasi serupa dalam kehidupan, komedi dan tragedi mewujudkan tanggapan-tanggapan yang bertentangan dengan ketidaksesuaian dalam kehidupan.
Tragedi menghargai keterlibatan yang serius dan emosional dengan masalah-masalah kehidupan, bahkan berjuang sampai mati. Seiring dengan epik, itu adalah bagian dari tradisi heroik Barat yang memuji cita-cita, keinginan untuk berjuang untuk mereka, dan kehormatan. Etos tragis ini terkait dengan patriarki dan militerisme  banyak dari pahlawannya adalah raja dan penakluk   atau  kepatuhan buta, kemauan untuk membunuh atau mati dalam perintah, kesetiaan yang tak perlu dipertanyakan, kesetiaan tunggal, kepikiran tunggal , keteguhan tujuan, dan kebanggaan.
Simpulanya apapun apa pun yang bertentangan dengan alasan dalam tindakan manusia itu jahat. Adalah bertentangan dengan alasan bagi manusia untuk membebani orang lain, dengan tidak pernah menunjukkan dirinya menyenangkan orang lain atau menjadi pembunuh-kesenangan atau selimut basah pada kesenangan mereka.Â
Dan Seneca berkata, "Tenangkan dirimu dengan akal, jangan sampai kamu dianggap masam atau dibenci membosankan." Sekarang mereka yang kurang main-main itu berdosa, mereka yang tidak pernah mengatakan apa pun untuk membuat  tersenyum, atau pemarah dengan mereka yang melakukannya;
Maka menghindari olok olok {"SATIRE"} anda harus bersikap [a] pikir dulu sebelum berbuat atau berbicara, jangan berbuat/berbicara dulu baru berpikir; [b] Jangan katakan apa yang anda yakini berpotensi salah atau tidak bisa dibuktikan kebenaran dalam angka data dan pengetahuannya; [c] jangan membuat simpulan atau tindakan yang tidak dapat diuji kebenarannya; [d] Hindari ketidakjelasan keraguan ekspresi; [e] Hindari ambiguitas atau paradox; dan [f] Bersikap singkat dan terukur; [g] harus ada konsistensi omongan dan tindakan atau sikap;
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H