Hans-Georg Gadamer [4]

Untuk menyingkirkan otoritas Gereja yang terwujud, akal adalah otoritas tertinggi pada masa Pencerahan. Namun, Pencerahan terlalu keras dan terlalu umum dan tunduk pada hal yang sama dalam perang melawan prasangka.

Pada akhirnya, konotasi negatif prasangka telah merentang dari Pencerahan hingga saat ini, meskipun  Hans-Georg Gadamer  menemukan bahwa kemungkinan prasangka lebih mungkin disebabkan oleh kesibukan.

Di sini  Hans-Georg Gadamer  setuju dengan pertimbangan Decarte dan sampai pada kesimpulan bahwa terburu-buru adalah sumber kesalahan yang sebenarnya,   mengarah pada kesalahan ketika menggunakan alasan sendiri." Hari ini, prasangka dianggap sebagai gagasan yang terbentuk sebelumnya atau asumsi pandangan, pendapat atau harapan tanpa pemeriksaan yang memadai atas fakta, pengetahuan atau pengalaman sendiri.

 Hans-Georg Gadamer  menunjukkan bahwa penting, terutama yang berkaitan dengan hermeneutika, untuk mengambil konsep prasangka lagi dalam makna aslinya dan untuk mengkonsolidasikannya, untuk menempatkan prasangka di atas prasangka, sehingga untuk berbicara, dan untuk memberikan arti literal lagi. untuk memungkinkan setidaknya evaluasi positif dari istilah tersebut.   Hans-Georg Gadamer  bahkan berpendapat bahwa prasangka " dapat dievaluasi secara positif dan negatif".